Dalam dunia politik, sejarah selalu saja pincang akurasinya. Ini terjadi di hampir semua negara termasuk Indonesia. Sejarah selalu berpihak kepada pemimpin yang berkuasa pada zaman itu.
Sejarah Buku SejarahBeberapa waktu lalu, gue sama barudak "The Statis" nongkrong lagi dan diskusi lagi tetang hal-hal absurd. Salah satunya adalah membahas kisah D.N.Aidit yang punya kisah hitam bagi bangsa ini. Pada masa PKI berjaya D.N.Aidit adalah tokoh nasionalis yang punya cita-cita mulia bagi bangsa ini (menurut versinya), akan tetapi Aidit adalah musuh besar versi Soeharto CS. Kehidupan Aidit dan keturunannya bisa dibilang musnah dari silsilah kewarganegaraan. Sejarah (pada masa itu) memberikan kontribusi kuat bahsa Aidit adalah setan yang berujud manusia, ia layak dibunuh.
Soeharto, menjadi pahlawan. Menyelamatkan bangsa ini dari kekejaman sebuah partai. Jika saja PKI tidak dihapuskan maka seolah-olah bangsa ini akan hancur lebur, benarkah demikian? Kemana kita musti mencari data dan informasi tersebut? Buku sejarahkah? Saat itu lah
Sule mengemukakan kalimat yang gue tulis di awal tadi : "Sejarah selalu berpihak kepada rezim yang berkuasa pada zaman itu".
Sampai saat ini, kita (bangsa Indonesia) masih banyaak menyimpan rahasia yang tak pernah terpecahkan, atau dengan bahasa kerennya
unsolved mistery. Misalnya : Supersemar, kematian Soekarno, kematian Ibu Tien, kematian Moenir dlsb. Semua data-data dan bukti yang berkaitan dengan misteri tadi mungkin sudah dimusnahkan atau terkubur bersama para tokoh-tokoh pemberontak pemerintahan rezim.
Sejarah ditulis sebagai sebuah bukti sepihak. Pihak yang berkuasa tentunya. Sejak Soeharto turun dari tahta kepresidenan, sedikit demi sedikit sudah banyak pihak-pihak yang mencoba membuka sejarah-sejarah lama yang dirasa melenceng dari kebenaran. Kebenaran dari sisi siapa? Maka munculah versi sejarah-sejarah baru. Salah satunya adalah catatan hitam PKI tadi.
Sejarah Versi MasyarakatAda hal menarik yang mencubit saya ketika saya mendapat buku Bandung masa lalu dari teman saya
Ivan. Dimana di dalam buku tersebut ada banyak foto-foto masa lalu di Bandung. Semua direkan dalam foto hitam-putih. Ada beberapa foto yang sudah (bahkan sering) saya lihat di buku-buku sejarah tapi tidak sedikit pula foto-foto yang unik dan baru saya lihat.
Dari situ kita bisa tarik kesimpulan bahwa sejarah akan lebih otentik jika dilengkapi foto apalagi film. Karena dengan foto atau film yang terdokumentasi maka suasana dan kejadian saat sejarah itu terjadi dapat hadir lebih detil. Tidak heran jika kejadian film dokumentasi ini sempat heboh gara-gara seorang (yang konon ngaku sebagai) pakar multimedia berinisial RY SRY, naik daun atas penemuan film dokumentasi tentang lagu Indonesia Raya. Ini membuktikan bahwa film atau foto dokumenter sangat diyakini kesohihannya.
Nah.. sekarang kita kembali ke masa kini. Dimana era foto dan video sudah bukan lagi barang langka. Kejadian-kejadian sudah bisa direkam dengan sangat mudah dan sederhana. Teknis dokumentasi sudah bukan barang istimewa lembaga kenegaraan. Anak SMP pun sudah bisa mendokumentasikan kisah cintanya dengan gadis sekelasnya. Jika si gadis ini dewasa kelak maka ia tidak akan bisa berbohong karena si cowok punya bukti otentiknya.
Beberapa waktu lalu, balap mobil F1 sempat dikejutkan oleh sebuah video tayangan di YouTube, bahwa sang juara Lois Hamilton dianggap melakukan kesalahan yang fatal yang bisa jadi akan kena sangsi hukuman. Hasil video tersebut tak sengaja direkam dengan handphone oleh seorang penonton di tribun. Dari hasil rekaman tersebut pihak FIA akhirnya melakukan penyidikan.
Ini merupakan sebuah contoh betapa masyarakat saat ini sudah bisa dengan mudahnya menjadi bagian dari saksi sejarah. Ingatkah kejadian tsunami di Aceh? Bagaimana seorang gadis berhasil merekam kejadian alam nan dashyat tersebut hingga hasil rekamannya langsung dijadikan bukti otentik dan ditayangkan di hampir negara di seluruh dunia. Kelak, ketika bencana alam itu sudah menjadi sejarah, maka video tersebut tentu akan menjadi dokumenter yang hebat.
Selain video, yaitu foto. Betapa banyak saat ini sudah tersimpan foto-foto otentik dari berbagai kegiatan di seluruh dunia yang tersimpan di internet. Semua sudah menjadi bagian dari keseharian manusia moderen. Semua manusia sudah mampu menjadi reporter dan fotografer liputan berita. Hebatnya.. semua foto dan berita tersebut mampu muncul tanpa sensor, etika, bahkan norma-norma. Semua tampil polos, jujur, dan apa adanya. Sejak itu pula lah kita sebagai penikmat berita-berita dari blog dan email harus mampu menyaring dan menahan diri. Salah-salah kita bisa menjadi paranoid dengan semua berita-berita yang tidak jelas kebenarannya tersebut.
Bukti Sejarah Masa DepanSekarang coba kita merenung dan membayangkan sebentar aja, bagaimana dan apa yang terjadi dengan buku-buku sejarah di masa depan? Apakah ia akan mampu berpihak kepada pemerintah atau partai politik yang berkuasa? Sudah tidak ada lagi berita-berita sepihak versi pemerintah.
Batasan media berita pun sudah bukan menjadi kekuasaan pihak pemberitaan saja. Berita bisa tersebar dengan mudah secara sporadis, baik lewat email, blog, atau sms. Berapa kali kita mendengar bahwa seseorang terbukti bersalah ketika ditemukan bukti yang bocor dari sms. Masih mungkinkah ada rekayasa berita?
Nampaknya di masa depan kelak akan banyak sekali kantor berita kecil partikelir kelas rumahan. Yang mampu menyajikan foto-foto dan video otentik berbagai kejadian yang sulit diperoleh oleh kantor-kantor berita besar. Bagaimana ? tertarik jadi reporter lepasan?