Thursday, September 27, 2007

Hacking Democracy

Seperti biasa, gue selalu tertarik dengan DVD documentary keluaran HBO. Gak sengaja gw nemu DVD ini. Ceritanya simpel tentang seorang nenek yang berawal dari tidak sengaja browsing internet, sampai menemukan kecurigaan pada sistem penghitungan suara pemilu antara George Bush dan Al Gore. Di masyarakat semua optimis akan kemenangan Al Gore, tapi siapa sangka kalau pada akhirnya perhitungan komputer menjawab hasil yang kontradiktif, George Bush menang. Kekecewaan dan rasa penasaran ini lah yang membuat seorang nenek dari Seattle mencari kesalahan sistem komputerisasi pemilu. Dengan kata lain, pemilu online ternyata berhasil di hack.

Gua bukan sedang menulis review DVD, karena kebetulan juga belakangan gw suka diskusi tentang demokrasi dengan rekan-rekan se-pengangguran gue. Demokrasi yang dipertemukan dengan kaidah keagamaan, yaitu : Adakah Demokrasi dalam Islam? Uuuuh.. terdengar radikal kah? Biasa aja ok?

Demokrasi

Ya.. semua orang tahu bahwa demokrasi ini berasal dari demos & kratos, yaitu kekuasaan ditangan rakyat. Pengumpulan suara, musyawarah, mufakat, suara bulat, quorum, dst. merupakan atribut demokrasi yang pasti sering kita dengar. Lantas pernahkah kita coba mencari tahu, siapa itu rakyat? apa yang menjadi validitas atas sebutan rakyat? Rakyat yang mana? apa parameter hingga bisa disebut "mewakili suara rakyat?".

Melihat hal ini, kita tahu bahwa Indonesia ada banyak banget variasi rakyatnya. Rakyat papua jelas tidak butuh sarana telekomunikasi international atau internet. Ada kebutuhan-kebutuhan krusial bagi masyarakat di sana. Selain papua.. tentu di propinsi lain pun punya kebutuhan-kebutuhan yang berbeda. Jelas ini tidak bisa di demokrasi-kan a la Jakarta.

Demi Demokrasi

Mengingat masa Soeharto, kita sudah kenal betul dengan sebutan demokrasi pancasila. Demokrasi versi Indonesia. Berjuang dan membangun dengan landasan demokrasi pancasila. Sampai saat ini pun gw masih belum bisa mencerap makna demokrasi pancasila secara terperinci. Akan tetapi alasan dari semua penyelesaian konflik dan pendapat adalah demi demokrasi Pancasila. Memang pada akhirnya dengan cara tersebut, konflik di antara masyarakat nampak reda bahkan tak tampak. Curiganya, bukan tak ada tapi justeru sengaja disembunyikan. Kata Pak Harto : demi stabilitas nasional.

Demokrasi Untuk Stabilitas Nasional

Kembali ke film Hacking Democracy tadi, pemerintah berkuasa di Amerika pada saat itu nampaknya sedang dalam kondisi krusial hingga akhirnya tega melakukan apapun demi memenangkan Bush. Kalaupun harus sampai mencederai makna demokrasi di sebuah "negara impian", mungkin itu harga mahal yang harus dibayar. Kenyataannya cacat itu akhirnya gamblang terungkap oleh seorang nenek tadi.

Di Indonesia, semua kebobrokan demokrasi nampaknya sudah bukan barang baru. Semua tampak jelas dan nyaman tampil di koran-koran dan televisi. Masyarakat sudah mencapai titik tidak peduli yang sangat tinggi. Perhatian masyarakat terkunci pada kebutuhan untuk hidup. Akhirnya kebobrokan bisa nyaman lalu lalang didepan para penegak hukum. Ini mayoritas.. jika dilakukan aklamasi.. mungkin komunitas cuek ini memenangkan vote.

Demokrasi Dalam Islam

Sekedar penutup aja, melihat demokrasi dalam Islam. Saya setuju dengan apa yang disebutkan oleh rekan pengangguran saya, bahwa tidak ada demokrasi dalam Islam. Yeah.. radikal?

Kita harus hati-hati dalam mencernah kata demokrasi versi Islam. Dalam sholat berjamaah, kita mempersilakan siapa pun menjadi imam. Tak perlu dia jenderal, pengusaha, atau manager. Selama dia orang yang berilmu maka ia bisa jadi imam. Akan tetapi untuk masalah gender, wanita tetap harus menjadi makmum pria. Apakah ini disebut tidak demokratif?

Pria dan wanita sudah punya hak dan kewajiban biologis yang kodrati. Ini tidak bisa kita pungkiri. Api, sudah kodratnya panas, tapi api secara teknologi mungkin bisa dibuat agak tidak panas. Tapi ini disebut melawan kodrati. Siang buat bekerja, malam untuk istirahat. Itupun kodrat alam (tumbuh2an saksinya). Kalau pun manusia moderen tetap bekerja pada malam hari ya bisa-bisa saja. Tapi itu sudah menyalahi kodrati.

Demokrasi, tentu maksudnya adalah keadilan atas sebuah kesepakatan. Manusia merupakan mahluk cerdas yang licik. Apapun dilakukan supaya bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Keinginan komunal ini lah yang menjadi dasar demokrasi. Namun jika dikaitkan dengan Islam tadi, maka hal tersebut menjadi berubah. Islam punya parameter dari segala aturan, yaitu aturan Al Quran dan Hadits. Jadi walaupun seluruh umat Islam melakukan vote agar sholat dirubah menjadi 2 kali sehari. Maka tetap tidak akan bisa merubah aturan baku tadi. Apakah ini disebut anti-demokrasi?

Silakan dipikirkan.. :)