Saturday, December 22, 2007

TransTV nyontek?? Gak heran

Dulu sekali.. ketika INSERT pertama muncul, gw kaget karena logo dan treatment nya mirip sekali dengan E! (channel gosip dan infotainment seleb Amerika), lantas sekarang cuma ganti warna aja menjadi biru.

Belakangan teman saya komplain karena tulisan joke di blog dia di copy buat naskah Extravaganza, yang setahu saya dulu pun sering menggunakan ide ide joke dari forward-an email kocak.

Eh tahunya.. belum lama teman sekantor saya menunjukkan sebuah game show Jepang yang kocak banget.. ternyata di jiplak abis juga. Nama acaranya "Ssst.. Usil Banget Deh" dengan host Bedu. Silakan tonton.. dan silakan samakan dengan acara aslinya versi jepang. Terasa deh.. mana yang orisinal dan mana yang nyontek

Segment lain:

Monday, October 29, 2007

Iklan PERTAMINA : untuk bangsa? untuk siapa?

Sejak kemunculan SPBU asing berjamur di Jakarta para pengemudi seperti menemukan hal baru dari kebiasaan mengisi bahan bakar mobil, yaitu isi angin dan air gratis juga kaca depan yang dibersihkan secara gratis. Belum lagi sapaan dan pesan menggunakan sabuk pengaman di saat kita akan meninggalkan SPBU.

PERTAMINA, sebagai penyuplai bahan bakar milik negara tentu tidak tinggal diam dalam menghadapi persaingan pasar SPBU ini. Langkah yang dilakukan pertama kali (herannya) adalah dengan membuat iklan TV tentang "pembaharuan" di dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap PERTAMINA. Ini jelas membuktikan bahwa PERTAMINA pun sadar akan kecilnya kepercayaan masyarakat atas kinerja PERTAMINA.

Yang mengherankan bagi saya adalah, semua iklan tersebut tidak diikuti dengan perubahan di lapangan. Padahal menurut saya iklan yang paling efektif adalah testimoni langsung dari masyarakat pengguna PERTAMINA. Masyarakat yang puas akan memberitahukannya kepada rekan-rekannya. Begitu pun ketika mereka kecewa mereka akan sebarkan pula. Sayangnya, pada kenyataannya komplain dan ketidak puasan masyarakat jauh lebih banyak daripada pujiannya. Hal ini membuktikan bahwa iklan PERTAMINA cuma membuang uang saja.

SHELL atau PETRONAS nampaknya tidak perlu membuang banyak uang untuk membuat iklan TV, sementara PERTAMINA giat dan gencar membuat banyak versi iklan TV. Bahkan ada satu versi yang menggunakan banyak bintang terkenal (gak mungkin gratisan kan).

Suatu saat saya geli melihat salah satu iklan TV PERTAMINA yang "menjual" nama bangsa. Bahwa dengan mengkonsumsi produk PERTAMINA maka akan ikut menguntungkan bangsa. Bagi saya ini cuma "bahasa manis gaya orde baru". Mengatasnamakan keuntungan bangsa padahal yang untung cuma segelintir pihak saja, aneh kan? Ini tipikal gaya iklan buatan pemerintah, semua dilihat dari satu sisi saja, tidak pernah berani untuk mencoba menilai dari sisi konsumen. Apa iya konsumen tidak peduli bangsa? apa iya dengan tidak membeli produk pertamina artinya tidak peduli bangsa? Bangsa yang mana ya?

Contoh lain yang mirip dengan iklan di atas adalah iklan PAJAK. Heran deh.. semua iklan pajak itu selalu dilihat dari sisi : masyarakat yang enggan membayar pajak.

Pernah gak mereka mau melihat dari sisi bercermin. Bahwa keraguan atau keengganan masyarakat itu bukan karena pelit atau tidak mau bayar akan tetapi karena ketidak percayaan masyarakat atas uang pajak yang dikeluarkan. Ketidak transparanan ini sudah berlangsung puluhan tahun sehingga sulit bagi masyarakat untuk serta merta percaya begitu saja.

Bagaimana kalau dirjen pajak bikin iklan buat pegawai nya sendiri aja? Misalnya.. "Mari tumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat!" atau "Ingatlah..Gaji kita adalah amanat dan pemberian masyarakat" dst dst.

Nah.. begitupula dengan PERTAMINA, mending uangnya dipakai untuk mensejahterakan pegawai dan menumbuhkan kinerja yang lebih baik. Saya yakin jika service atau pelayanan memuaskan, pasar otomotasi akan datang koq.



Monday, October 22, 2007

Get Married

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Sudah lama penasaran mau nonton film ini tapi baru berhasil kemarin nonton sendiri di Citos. Ternyata film ini menggemaskan sekali, menghibur, dan syarat dengan sindiran yang menurut saya bagus sekali.

Rasanya gw gak perlu ceritain rangkuman dari film ini, sebab sudah banyak sekali resensi cerita tentang film ini, so gw akan coba review dari sisi lain saja.

Sejak menonton Nagabonar Jadi 2, gw melihat bahwa film Indonesia sudah berani muncul dengan format komedi yang sarat dengan pesan dan kritik. Baik implisit maupun eksplisit. Get Married (GM), muncul dengan diawali dengan scene yang menjelaskan tentang kondisi negara ini yang sangat sarkasme, apa adanya, gamblang, dan penuh deskripsi yang karikatural.

Enam karakter utama, Nirina, Aming, Ringgo, Desta, dan cowok ganteng bakal kekasih Nirina (lupa namanya), mencoba membawa cerita ini dengan gaya yang sangat parodikal. Begitu pun dengan gaya Hanung dalam mengemas film Jomblo. Bedanya film ini terasa lebih mantap aja, mungkin Hanung sudah menemukan ramuan yang pas buat bumbu film jenis ini.

Nah.. yang saya suka dari mereka tadi adalah: Ringgo tampil bukan seperti format biasanya, yaitu selalu dengan tampang lugu, polos, tolol, dan selalu jadi bulan-bulanan cewek. Kali ini dia tampil lebih gagah, punya karisma (walaupun dodol) dan lebih bisa "mikir". Sementara Aming, yang selalu dikenal banci, kali ini tampil sebagai preman kampung yang sungguh mengangumkan. Gaya bahasanya liar, ceplas-ceplos, dan sangat kesehariain. Aming sangat mempunyai peran dalam menjaga alur ini menjadi segar. Lalu Desta, nah buat Desta yang tidak banyak berubah, dia nampak tampil seperti karakter apa adanya. Namun ternyata karakter ini lah yang menjadikan ketiga preman kampung ini menjadi klop dan pas, ibarat kopi 3in1, campuran ketigannya ini memang sudah yang paling pas. Tidak overlap, tidak bertabrakan, tidak saling ingin hebat sendiri, dan tidak sok asik.

Sayangnya untuk Nirina, gw masih melihat dia masih suka kecolongan untuk "pengen lucu". Karakter ini memang cirinya Nirina sejak jadi VJ-MTV, yaitu selalu pengen tampil / terlihat lucu, padahal ketika dia akting wajar dan apa adanya dengan keluguan biasa malah bisa jadi lebih lucu. Mungkin Nirina musti belajar hal ini dari Ringgo dan Aming, ketika ketidak biasaan yang ditampilkan justeru malah memberikan kelucuan dalam format lain, misalnya saat Aming marah-marah kepada kedua temannya. Penonton malah tertawa melihat Aming, karena memang tidak biasanya dia marah2 dan sok khotbah gitu.

Oh iya.. Jaja Miharja. Ya dia memang pemain panggung komedia betawi. Penampilannya sangat bersahaja, apa adanya dan bagus sekali. Saya gak habis pikir kalo Bang Jaja ternyata masih bisa tampil dengan sangat wajar dan natural. Gaya bicaranya pun sangat khas dan menunjukkan kepiawaian dia dalam berartikulasi drama. Meriam Belina (isteri Jaja) masih tampil akting.

Secara keseluruhan, film ini memang bagus. Cocok ditonton buat masyarakat Indonesia yang selalu haus dengan komedi. Hebatnya, komedi di sini mampu menyampaikan pesan-pesan yang harusnya merasuk ke hati dan pemikiran masyarakat Indonesia yang serba "brutal". Gw rasa ini semua karena skenario yang mantaf dari Musfar Yasin (penulis Nagabonar Jadi 2).

Nah yang gw bertanya-tanya dan menyayangkan adalah judulnya, mengapa harus dengan bahasa Inggris ya? "GET MARRIED". Padahal jika dibuat lebih Indonesia pun akan tetap bagus. Atau karena ada adegan "jangan kawin sama bule?" hehehe...

Satu lagi yang gw gemes dan gregetan adalah pernyataan "anak sultan" dan "anak raja". Bagi saya ini merupakan kunci atau kartu truf yang saya tunggu-tunggu di akhir cerita. Saya menjaga sekali untuk tidak menerka apa makna dari kata-kata tadi. Sayang hingga akhir cerita, ternyata tidak ada makna apa-apa. Padahal gw berharap akan ada sebuah "GONG!!" yang menjelaskan makna dari kata-kata tadi.. Tapi tetap saja film ini OK koq... hehehe..

Keren!!

Sunday, October 7, 2007

Tidak Ada Lagi Sejarah di Masa Depan

Dalam dunia politik, sejarah selalu saja pincang akurasinya. Ini terjadi di hampir semua negara termasuk Indonesia. Sejarah selalu berpihak kepada pemimpin yang berkuasa pada zaman itu.

Sejarah Buku Sejarah

Beberapa waktu lalu, gue sama barudak "The Statis" nongkrong lagi dan diskusi lagi tetang hal-hal absurd. Salah satunya adalah membahas kisah D.N.Aidit yang punya kisah hitam bagi bangsa ini. Pada masa PKI berjaya D.N.Aidit adalah tokoh nasionalis yang punya cita-cita mulia bagi bangsa ini (menurut versinya), akan tetapi Aidit adalah musuh besar versi Soeharto CS. Kehidupan Aidit dan keturunannya bisa dibilang musnah dari silsilah kewarganegaraan. Sejarah (pada masa itu) memberikan kontribusi kuat bahsa Aidit adalah setan yang berujud manusia, ia layak dibunuh.

Soeharto, menjadi pahlawan. Menyelamatkan bangsa ini dari kekejaman sebuah partai. Jika saja PKI tidak dihapuskan maka seolah-olah bangsa ini akan hancur lebur, benarkah demikian? Kemana kita musti mencari data dan informasi tersebut? Buku sejarahkah? Saat itu lah Sule mengemukakan kalimat yang gue tulis di awal tadi : "Sejarah selalu berpihak kepada rezim yang berkuasa pada zaman itu".

Sampai saat ini, kita (bangsa Indonesia) masih banyaak menyimpan rahasia yang tak pernah terpecahkan, atau dengan bahasa kerennya unsolved mistery. Misalnya : Supersemar, kematian Soekarno, kematian Ibu Tien, kematian Moenir dlsb. Semua data-data dan bukti yang berkaitan dengan misteri tadi mungkin sudah dimusnahkan atau terkubur bersama para tokoh-tokoh pemberontak pemerintahan rezim.

Sejarah ditulis sebagai sebuah bukti sepihak. Pihak yang berkuasa tentunya. Sejak Soeharto turun dari tahta kepresidenan, sedikit demi sedikit sudah banyak pihak-pihak yang mencoba membuka sejarah-sejarah lama yang dirasa melenceng dari kebenaran. Kebenaran dari sisi siapa? Maka munculah versi sejarah-sejarah baru. Salah satunya adalah catatan hitam PKI tadi.

Sejarah Versi Masyarakat

Ada hal menarik yang mencubit saya ketika saya mendapat buku Bandung masa lalu dari teman saya Ivan. Dimana di dalam buku tersebut ada banyak foto-foto masa lalu di Bandung. Semua direkan dalam foto hitam-putih. Ada beberapa foto yang sudah (bahkan sering) saya lihat di buku-buku sejarah tapi tidak sedikit pula foto-foto yang unik dan baru saya lihat.

Dari situ kita bisa tarik kesimpulan bahwa sejarah akan lebih otentik jika dilengkapi foto apalagi film. Karena dengan foto atau film yang terdokumentasi maka suasana dan kejadian saat sejarah itu terjadi dapat hadir lebih detil. Tidak heran jika kejadian film dokumentasi ini sempat heboh gara-gara seorang (yang konon ngaku sebagai) pakar multimedia berinisial RY SRY, naik daun atas penemuan film dokumentasi tentang lagu Indonesia Raya. Ini membuktikan bahwa film atau foto dokumenter sangat diyakini kesohihannya.

Nah.. sekarang kita kembali ke masa kini. Dimana era foto dan video sudah bukan lagi barang langka. Kejadian-kejadian sudah bisa direkam dengan sangat mudah dan sederhana. Teknis dokumentasi sudah bukan barang istimewa lembaga kenegaraan. Anak SMP pun sudah bisa mendokumentasikan kisah cintanya dengan gadis sekelasnya. Jika si gadis ini dewasa kelak maka ia tidak akan bisa berbohong karena si cowok punya bukti otentiknya.

Beberapa waktu lalu, balap mobil F1 sempat dikejutkan oleh sebuah video tayangan di YouTube, bahwa sang juara Lois Hamilton dianggap melakukan kesalahan yang fatal yang bisa jadi akan kena sangsi hukuman. Hasil video tersebut tak sengaja direkam dengan handphone oleh seorang penonton di tribun. Dari hasil rekaman tersebut pihak FIA akhirnya melakukan penyidikan.

Ini merupakan sebuah contoh betapa masyarakat saat ini sudah bisa dengan mudahnya menjadi bagian dari saksi sejarah. Ingatkah kejadian tsunami di Aceh? Bagaimana seorang gadis berhasil merekam kejadian alam nan dashyat tersebut hingga hasil rekamannya langsung dijadikan bukti otentik dan ditayangkan di hampir negara di seluruh dunia. Kelak, ketika bencana alam itu sudah menjadi sejarah, maka video tersebut tentu akan menjadi dokumenter yang hebat.

Selain video, yaitu foto. Betapa banyak saat ini sudah tersimpan foto-foto otentik dari berbagai kegiatan di seluruh dunia yang tersimpan di internet. Semua sudah menjadi bagian dari keseharian manusia moderen. Semua manusia sudah mampu menjadi reporter dan fotografer liputan berita. Hebatnya.. semua foto dan berita tersebut mampu muncul tanpa sensor, etika, bahkan norma-norma. Semua tampil polos, jujur, dan apa adanya. Sejak itu pula lah kita sebagai penikmat berita-berita dari blog dan email harus mampu menyaring dan menahan diri. Salah-salah kita bisa menjadi paranoid dengan semua berita-berita yang tidak jelas kebenarannya tersebut.

Bukti Sejarah Masa Depan

Sekarang coba kita merenung dan membayangkan sebentar aja, bagaimana dan apa yang terjadi dengan buku-buku sejarah di masa depan? Apakah ia akan mampu berpihak kepada pemerintah atau partai politik yang berkuasa? Sudah tidak ada lagi berita-berita sepihak versi pemerintah.

Batasan media berita pun sudah bukan menjadi kekuasaan pihak pemberitaan saja. Berita bisa tersebar dengan mudah secara sporadis, baik lewat email, blog, atau sms. Berapa kali kita mendengar bahwa seseorang terbukti bersalah ketika ditemukan bukti yang bocor dari sms. Masih mungkinkah ada rekayasa berita?

Nampaknya di masa depan kelak akan banyak sekali kantor berita kecil partikelir kelas rumahan. Yang mampu menyajikan foto-foto dan video otentik berbagai kejadian yang sulit diperoleh oleh kantor-kantor berita besar. Bagaimana ? tertarik jadi reporter lepasan?

Thursday, September 27, 2007

Hacking Democracy

Seperti biasa, gue selalu tertarik dengan DVD documentary keluaran HBO. Gak sengaja gw nemu DVD ini. Ceritanya simpel tentang seorang nenek yang berawal dari tidak sengaja browsing internet, sampai menemukan kecurigaan pada sistem penghitungan suara pemilu antara George Bush dan Al Gore. Di masyarakat semua optimis akan kemenangan Al Gore, tapi siapa sangka kalau pada akhirnya perhitungan komputer menjawab hasil yang kontradiktif, George Bush menang. Kekecewaan dan rasa penasaran ini lah yang membuat seorang nenek dari Seattle mencari kesalahan sistem komputerisasi pemilu. Dengan kata lain, pemilu online ternyata berhasil di hack.

Gua bukan sedang menulis review DVD, karena kebetulan juga belakangan gw suka diskusi tentang demokrasi dengan rekan-rekan se-pengangguran gue. Demokrasi yang dipertemukan dengan kaidah keagamaan, yaitu : Adakah Demokrasi dalam Islam? Uuuuh.. terdengar radikal kah? Biasa aja ok?

Demokrasi

Ya.. semua orang tahu bahwa demokrasi ini berasal dari demos & kratos, yaitu kekuasaan ditangan rakyat. Pengumpulan suara, musyawarah, mufakat, suara bulat, quorum, dst. merupakan atribut demokrasi yang pasti sering kita dengar. Lantas pernahkah kita coba mencari tahu, siapa itu rakyat? apa yang menjadi validitas atas sebutan rakyat? Rakyat yang mana? apa parameter hingga bisa disebut "mewakili suara rakyat?".

Melihat hal ini, kita tahu bahwa Indonesia ada banyak banget variasi rakyatnya. Rakyat papua jelas tidak butuh sarana telekomunikasi international atau internet. Ada kebutuhan-kebutuhan krusial bagi masyarakat di sana. Selain papua.. tentu di propinsi lain pun punya kebutuhan-kebutuhan yang berbeda. Jelas ini tidak bisa di demokrasi-kan a la Jakarta.

Demi Demokrasi

Mengingat masa Soeharto, kita sudah kenal betul dengan sebutan demokrasi pancasila. Demokrasi versi Indonesia. Berjuang dan membangun dengan landasan demokrasi pancasila. Sampai saat ini pun gw masih belum bisa mencerap makna demokrasi pancasila secara terperinci. Akan tetapi alasan dari semua penyelesaian konflik dan pendapat adalah demi demokrasi Pancasila. Memang pada akhirnya dengan cara tersebut, konflik di antara masyarakat nampak reda bahkan tak tampak. Curiganya, bukan tak ada tapi justeru sengaja disembunyikan. Kata Pak Harto : demi stabilitas nasional.

Demokrasi Untuk Stabilitas Nasional

Kembali ke film Hacking Democracy tadi, pemerintah berkuasa di Amerika pada saat itu nampaknya sedang dalam kondisi krusial hingga akhirnya tega melakukan apapun demi memenangkan Bush. Kalaupun harus sampai mencederai makna demokrasi di sebuah "negara impian", mungkin itu harga mahal yang harus dibayar. Kenyataannya cacat itu akhirnya gamblang terungkap oleh seorang nenek tadi.

Di Indonesia, semua kebobrokan demokrasi nampaknya sudah bukan barang baru. Semua tampak jelas dan nyaman tampil di koran-koran dan televisi. Masyarakat sudah mencapai titik tidak peduli yang sangat tinggi. Perhatian masyarakat terkunci pada kebutuhan untuk hidup. Akhirnya kebobrokan bisa nyaman lalu lalang didepan para penegak hukum. Ini mayoritas.. jika dilakukan aklamasi.. mungkin komunitas cuek ini memenangkan vote.

Demokrasi Dalam Islam

Sekedar penutup aja, melihat demokrasi dalam Islam. Saya setuju dengan apa yang disebutkan oleh rekan pengangguran saya, bahwa tidak ada demokrasi dalam Islam. Yeah.. radikal?

Kita harus hati-hati dalam mencernah kata demokrasi versi Islam. Dalam sholat berjamaah, kita mempersilakan siapa pun menjadi imam. Tak perlu dia jenderal, pengusaha, atau manager. Selama dia orang yang berilmu maka ia bisa jadi imam. Akan tetapi untuk masalah gender, wanita tetap harus menjadi makmum pria. Apakah ini disebut tidak demokratif?

Pria dan wanita sudah punya hak dan kewajiban biologis yang kodrati. Ini tidak bisa kita pungkiri. Api, sudah kodratnya panas, tapi api secara teknologi mungkin bisa dibuat agak tidak panas. Tapi ini disebut melawan kodrati. Siang buat bekerja, malam untuk istirahat. Itupun kodrat alam (tumbuh2an saksinya). Kalau pun manusia moderen tetap bekerja pada malam hari ya bisa-bisa saja. Tapi itu sudah menyalahi kodrati.

Demokrasi, tentu maksudnya adalah keadilan atas sebuah kesepakatan. Manusia merupakan mahluk cerdas yang licik. Apapun dilakukan supaya bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Keinginan komunal ini lah yang menjadi dasar demokrasi. Namun jika dikaitkan dengan Islam tadi, maka hal tersebut menjadi berubah. Islam punya parameter dari segala aturan, yaitu aturan Al Quran dan Hadits. Jadi walaupun seluruh umat Islam melakukan vote agar sholat dirubah menjadi 2 kali sehari. Maka tetap tidak akan bisa merubah aturan baku tadi. Apakah ini disebut anti-demokrasi?

Silakan dipikirkan.. :)