Monday, April 28, 2008

Email YAHOO pertama-ku : Unexpected Diary

Welcome to Yahoo! Mail

Your email address, motulz@yahoo.com, is now active and you can send and receive messages immediately!

Date: Sun, 10 May 1998 21:54:36 -0700 (PDT)
From:Send an Instant Message "Yahoo!" <mailbot@yahoo.com>
Subject: Welcome to Yahoo! Mail
To:motulz@yahoo.com

Gini nih.. kalo gak bisa tidur.. mulai suka cari kerjaan yang ngga-ngga.. Iseng bebersih mailbox YAHOO.. trus penasaran mo liat-liat email jaman dulu pertama bikin email di Yahoo.. hehehe.. lucu juga :D

Trus.. gw nemu beberapa email dari teman-temanku yang udah meninggal, lalu masa-masa ngeceng!! whuauhuahuhauahua... Trus masa-masa cari kerja.. masa-masa ngajak temen ke Jakarta.. nanya-nanya tentang kehidupan di Jakarta.. sampai email nyomblaingin temen gw yang sekarang mereka hidup bahagia dengan dua anaknya.

Wow!! Ini seperti unexpected diary... seru, lucu, menarik, dan juga sedih baca-bacanya :D

SO..tertarik buat buka-buka masa lalu kalian lewat mailbox??? hehehehe... share dong!!

-----

We'll keep you updated with all the newest features on Yahoo! Mail. Let us know if you have any questions or comments!

All the best,
The Yahoo! Mail Team.

P.S. If you're looking for help, click on our Help Desk


Tuesday, April 8, 2008

Indonesia Idle

Setelah membaca status teman saya (Intan), rasanya judul ini merupakan sebuah tagline yang menyindir sebuah kondisi bangsa kita saat ini.

1. Hidup Miskin di Negara Kaya

Sejak kita sekolah dasar kita tahu bahwa negara kita adalah negara yang kaya. Kaya akan luas wilayahnya, kaya akan sumber daya alamnya, perkebunan, tanah, laut, budaya, dan manusianya. Entah ini disadari atau tidak kenyataannya negara ini punya potensi kekayaan yang sangat bernilai.

Saya pernah mencoba membayangkan salah satu kekayaan negara ini yaitu saat teman saya (Hilman) bekerja di Freeport. Sebuah perusahaan tambang tembaga yang bisa kaya raya hanya karena menambang tembaga di Papua. Di Papua sana, ladang tembaga dan emas itu bukan digali di bawah tanah karena emas dan tembaga itu menyembul ke permukaan tanah berbentuk gunung! Gunung ini lah yang dikerok oleh penambang bertahun-tahun hingga akhirnya menjadi danau.

Contoh lain, saat saya ke Kalimantan. Saya melihat banyak sekali semak belukar kering itu terbakar. Ketika saya tanya ke supir yang orang sana, ia menceritakan bahwa di sini adalah ladang batu bara. Sama seperti kisah di Papua, bahwa batu bara di sana itu sudah menyembul ke permukaan tanah, karena terik matahari makanya suka terbakar.

Lain, tembaga, lain emas, lain batubara, minyak bumi, gas dan lain-lain merupakan sebuah berkah yang bernilai tinggi. Ini baru yang kita tahu saja, padahal di luar yang kita ketahui tentu masih banyak sekali pertambangan kekayaan SDA di tanah negara ini.

Akan tetapi, dalam kekayaan ini mengapa masih banyak masyarakat Indonesia harus mengantri untuk membeli minyak tanah? Sekolah masih mahal dan gedungnya ambruk.. kesehatan masih merupakan fasilitas ekslusif, makan, sandang, papan.. masih merupakan sebuah wacana sana-sini. Apa yang salah?

2. Ekonomi Makro = Ekonomi Kontra Rakyat

Sekian tahun kita merderka bangsa ini mengalami perjalanan pembangunan sekian lama. Saat ini kita memasuki masa-masa pembaharuan dan penuh harapan. Namun kondisi ini nampaknya tidak seimbang dengan kondisi masyarakat itu sendiri secara umum. Ada banyak sekali masyarakat yang masih berpendidikan di bawah rata-rata, masih buta pengentahuan dan logika, masih mudah mencerna semua berita apa adanya. Opini publik masih sangat mudah digiring ke sana-sini.

Perekonomian bangsa ini tercatat membaik secara makro, kenyataan di lapangan masyarakat kita masih susah mendapatkan makanan. Ini merupakan dilema. Indonesia merupakan negara fiskal, yaitu negara yang bergantung dari pemasukan finansial dan bisnis non riil. Ciri sebuah negara kapitalis yaitu bergantung kepada bisnis perbankan dibandingkan bisnis riil-nya. Bisnis yang mengambil keuntungan dari fiskal, finansial, saham, obligasi, valuta asing, dan sejenisnya. Ciri perekonomian ini memang tidak menyerap tenaga kerja yang banyak. Tidak heran jika akhirnya ada banyak sekali perusahaan yang merestrukturisasi pegawainya, dengan alasan efisiensi.

Pemerintah saat ini sedang mengejar "prestasi" perbaikan ekonomi makro. Sebuah parameter yang bisa dicapai dengan menstabilkan ekonomi secara makro. Tidak heran jika akhirnya pemerintah harus bermain dengan bunga bank, mencabut subsidi BBM, peningkatan index saham, stabiltas rupiah dan dollar, bahkan sampai "menjual" asset negara. Dengan cara-cara ini maka "catatan" perekonomian bangsa ini terlihat membaik. Sebaliknya kenyataan di masyarakat tidak demikian. Kenaikan BBM berdampak ke banyak aspek. Begitu pun daya beli masyarakat yang makin lemah.

3. Menjual Mimpi Lewat Media

Kondisi perekonomian masyarakat yang lemah ini sudah merebak ke berbagai pelosok negeri ini. Daya beli menurun, keuangan yang tipis, sulitnya lapangan pekerjaan, dan sikap pemerintah yang tidak peduli membuat masyarakat hidup bagaikan zombie. Bergerak ke sana ke sini tanpa tahu apa tujuannya dan tak mampu lagi berfikir.

Yang menyedihkan, kondisi ini malah dimanfaatkan oleh banyak media televisi sebagai sebuah TONTONAN. Sudah lama kita menyaksikan tayangan yang menjual mimpi. Bukannya memberikan solusi yang cerdas dan pasti malah memberikan sebuah harapan-harapn palsu yang hanya indah saat muncul di layar TV, padahal dibalik itu semua adalah sebuah bencana yang tertunda.

Reality Show, acara cari bintang lewat audisi, voting bintang lewat SMS, SMS Reg Spasi bla ..bla..bla.. Ramalan yang menjanjikan perbaikan hidup, dan masih banyak lagi. Ini semua merupakan sebuah produk jualan mimpi, tidak realistis. Tersentak saat membaca berita di Kompas bahwa ada banyak finalis calon bintang yang akhirnya strees, terlilit hutang, sakit jiwa, hingga meninggal. Siapa yang musti bertanggung jawab? Yang memprihatinkan lagi, saat ini jualan mimpi sudah merebak ke anak-anak. Bagaimana nasib anak-anak saat ini dijadikan "jualan" oleh orang tuanya. Dijanjikan akan menjadi terkenal dan digandrungi banyak orang. Inikah yang menjadi impian anak-anak saat ini? atau impian orang tuanya? Pernahkan terfikir oleh kita bahwa kelak ketika anak-anak ini selesai ikut acara demikian akan bisa menjaga stabilitas mentalnya saat bertemu dengan teman-teman sebayanya? Lantas.. coba buktikan bahwa dari sekian banyak peserta "jual mimpi" ini yang berhasil survive?

Mana KPI? mana kepedulian pemerintah?

4. Politik = Media Kekuasaan

Saya masih gak habis pikir melihat sikap pemerintah yang setengah-setengah. Saya gak yakin kalau pemerintah tidak punya staf ahli. Staf ahli, dari namanya saja sudah jelas bahwa mereka direkrut sebagai seseorang  yang memberikan nasihat, pandangan, analisa, dan solusi yang pas buat keputusan dan kebijakannya.

Masyarakat sebagai manusia tentu punya daya nalar selain daya pandang. Setiap hari kita melihat kondisi buruknya bangsa ini di depan mata kita. Kita melihat jalan rusak, sekolah ambruk, bayi gizi buruk, antrian BBM, dst. Masa iya para pejabat kita tidak lihat? Beneran tidak lihat? atau tidak mau lihat? Lantas, kalau kita sebagai masyarakat sudah bisa melihat lantas kita menggunakan nalar, masa iya setingkat staf ahli dan menteri tidak punya nalar? Rasanya gak mungkin.

Namun, ternyata begitu lah adanya. Seorang yang diharapkan punya kemampuan melihat kondisi masyarakat, mampu menganalisa, mampu mencari solusi, dan mampu mengambil tindakan, ternyata cuma isapan jempol belaka. Mereka tidak mampu melakukan itu semua. Siapa yang salah? Apakah salah masyarakat kita yang bodoh tadi karena memilih mereka sebagai wakil rakyat? Saya punya pandangan lain atas hal ini

Pemerintah saat ini selalu menjual nama demokrasi dan pemungutan suara. Sayangnya  kita lupa bahwa mayoritas masyarakat Indonesia itu masih belum bisa dikategorikan pandai dan sadar dengan apa yang dia pilih. Baginya mereka pilihan hayalah cuma penjoblosan. Tak perlu tahu apa itu konsep, apa itu pandangan, dan visi dari calon yang dipilihnya. Yang akhirnya suara mereka ini merupakan suara BONUS bagi calon yang menang.

Contohnya, bayangkan kita menjadi RW di sebuah kampung. 70% warga kampung kita adalah warga berpendidikan SD, 20% gak sekolah, 10% lulusan universitas. Dalam mengambil keputusan bersama warga kampung kita melakukan pemungutan suara. Apa yang akan terjadi? Suara siapa yang akan menjadi mayoritas? Apakah  ini kondisi masyarakat bodoh yang memang sengaja dibuat oleh pemerintah?

5. Konspirasi Praktik

Kondisi negara kita yang nampaknya membaik dan maju ini ternyata hanyalah ilusi belaka. Bangsa ini sedang jalan di tempat (idle), seperti bergeser sebetulnya tidak bergerak sama sekali. Untuk sebagian orang mungkin iya, sementara untuk sebagian pejabat mereka jalan cepat.. tapi untuk kebanyakan (mayoritas) masyarakat ternayat hanya diam saja.

Kondisi ini bukan sebuah kebetulan, melainkan sebuah hasil kerja. Hasil kerja para pejabat negeri ini. Mereka melakukan pemikiran untuk melakukan ini, direncanakan, dipoles dengan jargon-jargon indah, lantas diaplikasikan ke masyarakat. Ketika masyarakat menjerit mereka ya diam saja. Ini merupakan praktik politik yang berjalan dengan mulus. Bukan cuma konspirasi teori melainkan sudah konspirasi praktik. Bagaimana kekuasaan itu bisa dibeli dengan uang. Ini bukan rahasia lagi. Silakan bagi yang punya uang banyak daftar sebagai anggota parpol, silakan tabung uang lagi untuk bisa masuk calon legislatif, silakan menabung uang lagi untuk bisa mencalonkan menjadi menteri. Semua ini bisa dijalani dengan tenang dan normal-normal saja. Sebuah kerjasama yang utuh dari level rendah hingga level paling tinggi sekalipun. Saat mereka menjabat kelak, apa iya mereka akan peduli dengan kepentingan rakyat? Silakan dijawab sendiri..

Bagaimana andil kita?