Thursday, August 12, 2010

Killed By Information Overload

Manusia Dan Keterbatasan Inderanya

Setahu saya, manusia punya banyak keterbatasan. Misalnya keterbatasan indera mata dan telinga. Mata manusia punya keterbatasan jarak, batas dinding, dan lainnya. Begitu pun telinga manusia. Jarak kemampuan mendengarnya pun sangat terbatas. Lalu apakah semua keterbatasan ini bisa disebut sebagai kekurangan?

Keterbatasan pandangan (mata) manusia jelas mempersulit manusia dalam melakukan pekerjaannya, begitu pun kemampuan mendengar. Belum lagi keterbatasan fisik seperti jalan kaki dan berlari sebagai kemampuan alat transportasi alamiah yang dimiliki tubuh kita.

Walau pun demikian, dari semua keterbatasan tersebut ternyata manusia banyak menyimpang keunggulan-keunggulan mutakhir yang sulit buat digantikan dengan mesin sekalipun. Contohnya kemampuan jantung secara sistematis dan otomatis dalam mendistribusikan aliran darah ke seluruh bagian tubuh kita. Hebatnya lagi, organ tersebut bisa bekerja tanpa perintah dari otak kita. Nah.. jadi mengapa kemampuan mata atau telinga kita tidak bisa secanggih kamera video atau alat perekam jarak jauh?

Manusia Dan Teknologi

Manusia adalah mahluk yang mempunyai kemampuan akal pikiran dan akal budi. Dengan kemampuannya tersebut manusia akhirnya mempunyai kemampuan untuk mengakali keterbatasan-keterbatasannya. Hal ini yang kemudian dikenal dengan teknologi. Sejak manusia menemukan pisau sebagai alat pemotong daging hal ini disebabkan keterbatasan gigi dan daya unyah mulut kita.

Lebih jauh lagi, manusia bisa merekayasa teknologi untuk menciptakan dari sepeda hingga pesawat terbang guna mensiasati keterbatasan perpindahannya yang hanya dengan jalan kaki. Lalu menemukan kamera, telepon, dan masih banyak lagi.

Sepanjang sejarah, manusia ternyata sudah menciptakan banyak sekali penemuan teknologi yang pada awalnya hanya ingin membantu keterbatasan manusia, kini nampaknya sudah bergeser ke arah merekayasa kehidupan mereka sendiri. Dari cuma teknologi, kini manusia sudah memasuki babak yang lebih tinggi seperti stemcell di bioteknologi bahkan simulasi teori penciptaan alam semesta di CERN.

Manusia Dan Teknologi Sosial

Manusia kini sedang berada dalam zaman teknologi informasi super canggih. Zaman dimana dahulu kala cuma jadi angan-angan dan impian para penulis atau pembuat film science fiction. Manusia bukan saja bisa melihat dan mendengar lebih canggih, namun sudah bisa menembus batas geografis yang sangat fantastis.

Internet yang sudah menjadi bagian hidup manusia saat ini sudah mampu merubah pola kehidupan atau budaya manusia saat ini. Dengan internet maka informasi yang bisa diperoleh jauh lebih banyak dan sangat luas. Dalam keseharian saat ini, kita sudah bisa atau mampu memperoleh informasi yang sangat mengagumkan. Dalam hitungan detik kita bisa memperoleh informasi pandangan maupun suara di benua lain.

Internet sudah mendidik kita untuk larut dan hidup dengan peradaban dan budaya supercepat dan tanpa batas. Cepat dalam hal waktu dan tanpa batas dalam hal geografis. Informasi yang bisa didapat pun sudah sangat begitu dahsyatnya. Dengan gelombang besar informasi ini apa yang musti dibendung selain kita melakukan filterisasi dalam diri kita sendiri?

Manusia Butuh Teman

Melihat uraian teknologi dan budaya manusia saat ini, nampaknya kita sedang berada dalam masa yang kritis. Kita sedang hidup dalam kebebasan yang tenyata malah mengikat kita. Nah..  lantas apa hubungannya dengan Facebook? Sebetulnya Facebook ini cuma contoh dan perkembangan teknologi informasi tadi. Kalau kita lihat saat ini hampir banyak manusia telah terhubung dengan jaringan informasi, yang kemudian dikenal dengan social networking atau jaringan sosial di dunia maya.

Dengan teknolgi tersebut, kini setiap orang sudah bisa berbagi informasi satu dengan yang lainnya. Informasi tidak cuma tulisan bahkan sampai gambar dan suara. Apalagi dengan penggunaan "status" yang nampaknya bisa diupdate setiap menitnya. Dari mulai mau berangkat, lalu di jalan macet, lalu susah mencari parkir, hingga dapat parkir dst. Bisa terus diupdate di status Facebook atau Twitter.

Informasi nampaknya sudah sulit dipisahkan mana yang penting mana yang tidak. Penting atau tidaknya informasi sudah tergantung masing-masing manusia. Dari yang cuma informasi iseng hingga informasi rahasia.

Terlebih lagi, batasan public space dan private space jadi pun makin blunder.

Too Much Information Will Kill You

Sulit buat saya mencari kalimat yang pas dalam bahasa Indonesianya, tapi intinya seperti itu bahwa ternyata kita bisa mendapatkan kesulitan jika memperoleh informasi yang berlebihan. Hal ini menjelaskan mengapa indera kita punya keterbatasan, hal ini bukan berarti kekurangan melainkan sistem protektif manusia.

Saat ini kita sudah berada di era informasi yang overload. Ada banyak sekali informasi yang mustinya kita tidak perlu tahu dan ketika tahu justru malah membuat pikiran dan mental kita jadi payah. Informasi atas kecelakaan, pembuhunan, perceraian, dan lain-lain di TV nampaknya sudah terlalu banyak dan overload masuk ke indera dan otak kita.

Jangan heran juga jika ternyata, ada banyak sekali orang yang bisa cerai karena informasi-informasi yang berlebihan tadi. Saya koq curiga ya bahwa yang namanya "main api" itu sebetulnya sudah kodrat manusia baik pria maupun wanita. Walau pada kenyataannya tindakan main api itu semata-mata cuma menghilangkan jenuh atau iseng atau karena ada kesempatan saja. Yang pada akhirnya memang tidak ada niat untuk main serong atau pindah ke lain hati.

Namun, ketika informasi seleweng atau selingkuh atau main api tadi diterima sebagai informasi maka opini akan terbentuk, sejak itu lah mulai muncul sikap-sikap yang bisa berakhir dengan konflik dan perceraian. Coba pikirkan.. jangan-jangan orang yang hidup di jaman dulu pun sudah banyak yang melakukan selingkuh atau main api ini, akan tetapi ketika informasi itu tidak bocor maka ia akan baik-baik saja, yang akhirnya memang cuma iseng dan tidak berniat meninggalkan isteri atau suaminya. Bayangkan jika yang awalnya cuma iseng atau karena situasi, namun disikapi dengan sikap-sikap over-acting maka bukan tidak mungkin akan malah menimbulkan percikan konflik.

OK, terlepas dari masalah serong, ternyata membatasi informasi yang masuk ke dalam kepala kita adalah hal yang bijaksana. Ketika saya pergi ke pelosok-pelosok desa, mereka bisa hidup dengan range informasi yang sangat terbatas. Hasilnya hidup mereka nampaknya jauh lebih ringan dan tanpa beban. Ini bukan berarti tidak ada masalah, akan tetapi masalah yang musti mereka hadapi dan selesaikan adalah masalah yang terjadi di ring-1 dirinya saja. Mereka tidak ambil pusing ketika orang lain atau bahkan selebriti yang ada di ibukota sedang didera skandal.

Dari semua ini, ternyata sikap bijaksana dalam menyaring informasi dan berita menjadi sebuah hal penting. Jangan membebani diri sendiri dengan masalah orang lain. Sikap analitis dan kritis terhadap situasi tentu tetap menjadi penting, ini hal yang berbeda. Semoga kepala kita akan lebih ringan