Sunday, October 7, 2007

Tidak Ada Lagi Sejarah di Masa Depan

Dalam dunia politik, sejarah selalu saja pincang akurasinya. Ini terjadi di hampir semua negara termasuk Indonesia. Sejarah selalu berpihak kepada pemimpin yang berkuasa pada zaman itu.

Sejarah Buku Sejarah

Beberapa waktu lalu, gue sama barudak "The Statis" nongkrong lagi dan diskusi lagi tetang hal-hal absurd. Salah satunya adalah membahas kisah D.N.Aidit yang punya kisah hitam bagi bangsa ini. Pada masa PKI berjaya D.N.Aidit adalah tokoh nasionalis yang punya cita-cita mulia bagi bangsa ini (menurut versinya), akan tetapi Aidit adalah musuh besar versi Soeharto CS. Kehidupan Aidit dan keturunannya bisa dibilang musnah dari silsilah kewarganegaraan. Sejarah (pada masa itu) memberikan kontribusi kuat bahsa Aidit adalah setan yang berujud manusia, ia layak dibunuh.

Soeharto, menjadi pahlawan. Menyelamatkan bangsa ini dari kekejaman sebuah partai. Jika saja PKI tidak dihapuskan maka seolah-olah bangsa ini akan hancur lebur, benarkah demikian? Kemana kita musti mencari data dan informasi tersebut? Buku sejarahkah? Saat itu lah Sule mengemukakan kalimat yang gue tulis di awal tadi : "Sejarah selalu berpihak kepada rezim yang berkuasa pada zaman itu".

Sampai saat ini, kita (bangsa Indonesia) masih banyaak menyimpan rahasia yang tak pernah terpecahkan, atau dengan bahasa kerennya unsolved mistery. Misalnya : Supersemar, kematian Soekarno, kematian Ibu Tien, kematian Moenir dlsb. Semua data-data dan bukti yang berkaitan dengan misteri tadi mungkin sudah dimusnahkan atau terkubur bersama para tokoh-tokoh pemberontak pemerintahan rezim.

Sejarah ditulis sebagai sebuah bukti sepihak. Pihak yang berkuasa tentunya. Sejak Soeharto turun dari tahta kepresidenan, sedikit demi sedikit sudah banyak pihak-pihak yang mencoba membuka sejarah-sejarah lama yang dirasa melenceng dari kebenaran. Kebenaran dari sisi siapa? Maka munculah versi sejarah-sejarah baru. Salah satunya adalah catatan hitam PKI tadi.

Sejarah Versi Masyarakat

Ada hal menarik yang mencubit saya ketika saya mendapat buku Bandung masa lalu dari teman saya Ivan. Dimana di dalam buku tersebut ada banyak foto-foto masa lalu di Bandung. Semua direkan dalam foto hitam-putih. Ada beberapa foto yang sudah (bahkan sering) saya lihat di buku-buku sejarah tapi tidak sedikit pula foto-foto yang unik dan baru saya lihat.

Dari situ kita bisa tarik kesimpulan bahwa sejarah akan lebih otentik jika dilengkapi foto apalagi film. Karena dengan foto atau film yang terdokumentasi maka suasana dan kejadian saat sejarah itu terjadi dapat hadir lebih detil. Tidak heran jika kejadian film dokumentasi ini sempat heboh gara-gara seorang (yang konon ngaku sebagai) pakar multimedia berinisial RY SRY, naik daun atas penemuan film dokumentasi tentang lagu Indonesia Raya. Ini membuktikan bahwa film atau foto dokumenter sangat diyakini kesohihannya.

Nah.. sekarang kita kembali ke masa kini. Dimana era foto dan video sudah bukan lagi barang langka. Kejadian-kejadian sudah bisa direkam dengan sangat mudah dan sederhana. Teknis dokumentasi sudah bukan barang istimewa lembaga kenegaraan. Anak SMP pun sudah bisa mendokumentasikan kisah cintanya dengan gadis sekelasnya. Jika si gadis ini dewasa kelak maka ia tidak akan bisa berbohong karena si cowok punya bukti otentiknya.

Beberapa waktu lalu, balap mobil F1 sempat dikejutkan oleh sebuah video tayangan di YouTube, bahwa sang juara Lois Hamilton dianggap melakukan kesalahan yang fatal yang bisa jadi akan kena sangsi hukuman. Hasil video tersebut tak sengaja direkam dengan handphone oleh seorang penonton di tribun. Dari hasil rekaman tersebut pihak FIA akhirnya melakukan penyidikan.

Ini merupakan sebuah contoh betapa masyarakat saat ini sudah bisa dengan mudahnya menjadi bagian dari saksi sejarah. Ingatkah kejadian tsunami di Aceh? Bagaimana seorang gadis berhasil merekam kejadian alam nan dashyat tersebut hingga hasil rekamannya langsung dijadikan bukti otentik dan ditayangkan di hampir negara di seluruh dunia. Kelak, ketika bencana alam itu sudah menjadi sejarah, maka video tersebut tentu akan menjadi dokumenter yang hebat.

Selain video, yaitu foto. Betapa banyak saat ini sudah tersimpan foto-foto otentik dari berbagai kegiatan di seluruh dunia yang tersimpan di internet. Semua sudah menjadi bagian dari keseharian manusia moderen. Semua manusia sudah mampu menjadi reporter dan fotografer liputan berita. Hebatnya.. semua foto dan berita tersebut mampu muncul tanpa sensor, etika, bahkan norma-norma. Semua tampil polos, jujur, dan apa adanya. Sejak itu pula lah kita sebagai penikmat berita-berita dari blog dan email harus mampu menyaring dan menahan diri. Salah-salah kita bisa menjadi paranoid dengan semua berita-berita yang tidak jelas kebenarannya tersebut.

Bukti Sejarah Masa Depan

Sekarang coba kita merenung dan membayangkan sebentar aja, bagaimana dan apa yang terjadi dengan buku-buku sejarah di masa depan? Apakah ia akan mampu berpihak kepada pemerintah atau partai politik yang berkuasa? Sudah tidak ada lagi berita-berita sepihak versi pemerintah.

Batasan media berita pun sudah bukan menjadi kekuasaan pihak pemberitaan saja. Berita bisa tersebar dengan mudah secara sporadis, baik lewat email, blog, atau sms. Berapa kali kita mendengar bahwa seseorang terbukti bersalah ketika ditemukan bukti yang bocor dari sms. Masih mungkinkah ada rekayasa berita?

Nampaknya di masa depan kelak akan banyak sekali kantor berita kecil partikelir kelas rumahan. Yang mampu menyajikan foto-foto dan video otentik berbagai kejadian yang sulit diperoleh oleh kantor-kantor berita besar. Bagaimana ? tertarik jadi reporter lepasan?

32 comments:

  1. sejarah negara tu emang tergantung dari kepentingan rezim yang berkuasa saat itu.....apalagi materi sejarah sensitif yang berpotensi bikin 'heboh', so pasti akan disupress sama mereka dengan dalih 'menjaga stabilitas nasional' atawa menjaga 'status quo' yang tengah berlaku walhasil para korban dari peristiwa sejarah itu pada akhirnya akan 'dikorbankan'...dan ternyata gak cuma negara yang suka make praktek-praktek semacam itu, di amrik contohnya, yang konon kabarnya bebas dan liberal aja, media-media massa mainstreamnya hampir gak pernah berani ngritik kelakuan brutal Israel di Palestina atawa ngulas kejadian sebenarnya di Palestina.... kenapa ? ya, karena para ownernya kebanyakan kelompok pro- zionis semua yang masing-masing punya interestnya sendiri-sendiri.....

    ReplyDelete
  2. well written piece!
    sejarah memang selalu ditulis oleh pemenang. sejarah ala "pihak yang kalah/tertindas" terpinggirkan.
    setuju, di masa depan sejarah resmi mungkin akan tersisih. yang muncul adalah sejarah yang bentuknya tidak linear, contested, overlapped, dalam multi-narasi.

    ReplyDelete
  3. Nah.. kita liat aja nanti :) Inget kan kasus Watergate? saat itu cuma suara telpon yg jadi bukti otentik.. kebayangkan kalo saat itu udah ada HP yang bisa kamera hahahaha

    ReplyDelete
  4. asik asik, tapi ada beberapa catatan:

    sejarah memang selalu ada banyak versi, yang selalu menjadi versi penguasa mungkin maksudnya sejarah resmi ya? yang penting sih sejarawan-nya independen, kayak sekarang, biar buku sejarah sekolah yang membuka penafsiran2 baru pada G30S diminta dicabut oleh FPI dan akhirnya oleh depdikbud, toh persatuan ahli sejarah tetap menolak sejarah versi orba.

    gambar dan film memang akurat untuk data-data deskriptif, tapi sangat kering untuk menjelaskan pertanyaan 'kenapa'. Pada akhirnya, dokumen-dokumen tertulis (berita dan artikel koran dan majalah, dokumen resmi dan surat pribadi, bahkan karya-karya sastra) akan memperkaya data-data itu.

    (yang lagi pikir2 kuliah lagi ambil sejarah.. yuk kuliah lagi yuk Tulz...)

    ReplyDelete
  5. ayo dong teh.. kasih analisa yg lebih bagus dan lengkap :D yg gw tulis di sini soalnya cuma kajian permukaan

    ReplyDelete
  6. 1. Iya betul.. sejarahwan independen sangat punya peran penting. Semoga aja ke-independenan-nya itu bukan keberpihakan terselubung ya hehehe..

    2. Tulisan-tulisan pun perlu juga. Makanya spt yg gua tulis, blog-blog di internet saat ini sudah bisa dijadikan data-data dan bukti. Tapi ya itu.. musti tetap di filter kebenarannya

    3. Kuliah lagi?? halaah.. tagihan credit card aja gak beres2 hahahaha.. Thanks but no thanks :P

    ReplyDelete
  7. Mengapa Indonesia dari dulu statusnya negara berkembang?
    Karena jika Indonesia menjadi negara maju, maka rakyat-nya yang kaya. sebaliknya jika Indonesia negara berkembang, hanya orang-orang tertentu yang kaya.
    fakta: Andaikan anda punya tanah, dan tanah tersebut menghasilkan sesuatu yg berharga seperti emas, minyak, dll. Dan keuntungannya berkali-kali lipat. Niscaya tanah tersebut akan diambil alih oleh pemerintah. Dengan alasan UUD '45 Pasal 33 (apa yah isinya? :p)
    Jika negara maju, maka hal itu tidak bisa terjadi, itu hak orang yg punya tanah tersebut.

    Hercules disegani
    Kakak-nya hercules pernah menolong prabowo yg 100 pasukkannya di tangkap oleh Fretilin dan di siksa hingga mati. Ketika prabowo akan dihukum mati, brothernya hercules datang utk membebaskannya. Prabowo hutang nyawa dgn hercules. Sehingga genk-nya hercules dibekingin oleh kopassus. anak buahnya buanyak banget di tanah abang.

    Yapto yg punya secure parking
    Jadi, jika mobil / motor anda hilang, dan lapor k yapto, pasti balik lagi (jika mobilnya masih di Indonesia). Dan jika ada genk lain yang ngerecokin secure parking, bakalan abis ama yapto, minimal dibuat malu ama dia.

    Kematian Saudaranya Hercules
    Masih inget kejadian saudaranya hercules yg ditembak mati? itu berarti ada yang ngerecokin diatas jabatan kopasus-nya prabowo. Siapakah dia? Jabatan tertinggi kopasus yg menjabat saat itu atau pandam atau seniornya prabowo? yg pasti posisinya lebih dari prabowo

    Pejabat DKI
    Proyek di DKI pejabat DKI-nya mendapat fee dimuka, sekitar 20 % s/d 30 % dari total proyek. Pertahun utk seluruh projek bisa dapat keuntungan sekitar 87 Triliyun, dan Pejabat yang bersih pun mendapat 10 persennya dari 87 Triliyun

    70 Persen di Indonesia dibawah garis kemiskinan
    percaya atau tidak, inilah yang terjadi. Kenapa SBY tidak mengetahui akan hal ini? Karena dari Departemen Sosial sendiri hanya 'membisiki' yang bagus2 aja, yg jelek2 ditutup-tutupi.

    Kasus Munir
    Sampai sekarang Belanda melarang pesawat dari Indonesia yg menuju k belanda, karena apa? Thailand yg kecelakaan pesawatnya lebih besar dari Indonesia tidak dilarang? lalu apa dong? cuma 1, belanda menginginkan kasus munir diusut tuntas. Karena ketidakbecusan hukum di Indonesia (karena beking membeking itu kali yah)

    ReplyDelete
  8. eh itu mah tulisan ane, aga nyambung sih ama politik :D

    ReplyDelete
  9. Biasa Fi.. gak ada kerjaan.. jadi weee.. hehehe....

    ReplyDelete
  10. next: orang bakal haus sama berita 'resmi', pak - karena diluar sana penuh hoax dan 'information overload'.

    ReplyDelete
  11. hehehe.. iya bener Vic. Perlahan-lahan masyarakat dunia maya mulai belajar koq.. mana berita hoax dan mana berita resmi. Untunglah saat ini kita bisa cek mana hoax mana bukan karena kita punya PAKAR MULTIMEDIA : Roy Suryo, yang diakui kredibilitasnya di dunia infotainment hahahahahaha...

    ReplyDelete
  12. btw, waktu gue kecil, gue sempet deket sama anaknya DN Aidit.. Seorang yg sangat soleh..

    ReplyDelete
  13. emang ga bakal ada sejarah di masa depan. sejarah selalu di masa lalu. kalo di masa depan itu ramalan.... heheh garing ya :P



    tuls gue bagi stiker jalan sesama dong. pengen banget ni waktu itu liat nempel di mobil orang, gue bayarin deh ya.. ya?!

    ReplyDelete
  14. anjis!! bener euy.. gw gak kepikir gini... heeuuuuuh...

    stiker? duh gak ada stok lagi euy.. ntar gw mintain deh

    ReplyDelete
  15. hihi sip siiip

    btw telaahlo selalu menggigit dan sangat mengasyikkan. sering2 tulis lagi ya! :)

    ReplyDelete
  16. Ieu meuni naraniat seh ngabahas politik!

    ReplyDelete
  17. buktinya ada pi kalo angin politik para elit pemerintah en konco-konco korporatnya di media massa gak kesana ya tu bukti gak akan bole dikeluarin oom....cari film atawa bukunya chomsky deh judulnya "The Myth of the Liberal Media : The Propaganda Model of News", atau artikelnya nafeez mosaddeq ahmed judulnya 'Why The Media Lies" di mediamonitors.net.....

    ReplyDelete
  18. gak boleh dikeluarin di media mana? Kan yang gw maksud disini.. media itu udah menjadi milik publik. Jadi ya bukan media macam TVRI, RCTI, Kompas, atau media sejenis itu. Internet juga media, blog juga media, email juga media.. siapa yang bisa cegah?

    ReplyDelete
  19. oh,iya ada bagian dari konsep yang mau gua bikin adalah dokumentary yang merupakan permintaan teman2, seperti si coki yang pengen tahu tentang goyang kerawang.jadi katanya dia punya 2 sumber goyang kerawang.Katanya di kerawang ceweknya mantep mantep goyangannya, yang kedua dikerawang jalannya banyak bolong2 jadi kalo naik mobil suka goyang2..huahahaha..permintaan bodoh sih, tapi akan gua cari tahu kalo gua lewat situ nanti!jadi apa permintaanmu tulz?apa yang pengen kau ketahui, titip aja ke ane..nanti ane cari bukti otentik yang tervisualisasi.sudah ada 68 permintaan yang gua punya sekarang!mungkin lu mau nambahin!??

    ReplyDelete
  20. Mal..mending lu bikin posting sendiri.. bagus nih

    ReplyDelete
  21. hahha..iya sih.tapi males.kemaren pengen nyerocos aja disini, nggak sadar kebanyakan.dari pada postingnya, ntar nonton aja pelemnya..gagaga.

    ReplyDelete
  22. apa mereka mau percaya oom ? yang repotkan bikin masyarakatnya itu percaya...karena selama ini kayanya pandangan umumnya berita tu baru dipandang 'otoritatif' kalo dah nongol di media mainstream besar atawa keluar dari pemerintah yang establish en diakui.....gwa gak tau deh, apakah bagi masyarakat sekarang tu berita-berita di dunia internet tu dah dipandang se 'otoritatif' kedua sumber itu....atau masi dianggap sebagai sebuah dunia isu dimana kabar burung dan kabar non-burung bisa bercampur baur jadi satu....

    ReplyDelete
  23. Gue juga gak bisa membuktikan secara data, hanya saja kecenderungan masyarakat dunia ini sadar bahwa berita yang ada saat ini itu sudah bukan berita seutuhnya melainkan racikan, bahkan bisa jadi rekayasan aja.

    Lepas dari situ, yang pasti terjadi itu adalah pengekangan kebebasan pers dalam memberitakan sebuah berita, namun sebagai mana mengedapankan atau mengatasnamakan "stabilitas nasional" maka seringkali kebebasan pers itu di BLOCK. Repotnya.. pengekangan ini berjalan hingga masuk ke wilayah pelajaran sejarah. Nah ini yang gw rasa bisa jadi berubah... mungkin lhoo.. :)

    ReplyDelete
  24. amiiin...amiiiin...oya sekalian ya mohon maapin lahir bathin ya oom.....

    ReplyDelete
  25. eh iya.. minal aidin wal faidzin yaaa.. :) sekalian buat warga MP juga

    ReplyDelete
  26. another quote, mungkin Voltaire benar: "setiap rezim punya kuli intelektualnya sendiri" menurut gw mereka ya itu tadi, para pembisik yang ngasih laporan indah, orang-orang yang diminta bikinin sejarah rezim (tentu dari view terbagus) ke sejarawan warungan, korps ABS, dst. Tapi jaman semakin memungkinkan masyarakat berpartisipasi dalam menemukan kebenaran sejarah, dan bukan 'kebenaran' milik si rezim. Jangan-jangan, menceritakan yang baik-baik tentang 'dirinya' adalah hal yang memang manusiawi. Jadi wajar rezim manapun melakukan itu. Ya semacam republik citra 'lah. Bahkan di titik ini orang juga punya kecenderungan ber-kroni-kroni. Kroni-kroni ini yang membantu membangun istana sejarah yang indah. Makanya istilah kuli intelektual jadi terasa satir di telinga. Dan kita hidup di tengah contoh-contoh yang ditulis teman-teman ini. Kita hirup setiap hari.

    ReplyDelete