Sunday, October 26, 2008

Mari Selamatkan Moral Bangsa.. dengan UU-Pornografi?

Menjelang hari-hari menentukan bagi nasib RUU-Pornografi & Pornoaksi diputuskan, ternyata makin banyak kelompok-kelompok yang makin gencar melakukan unjuk rasa sebagai sikap dukungan atau penolakan. Dari kedua belah pihak yang sedang berseteru ini keduanya mempunyai argumen yang sama kuat demi menggolkan atau pun menggagalkan si RUU ini. Akan tetapi yang saya lihat kedua-duanya ini mempunyai kesamaan yang sangat signifikan, keduanya bertujuan tetap sama.. yaitu : Upaya menyelamatkan moral bangsa.

Bagaimana kalau keduanya itu bisa sadar bahwa dibalik segala perbedaan pendapat dan pikiran atas RUU ini, namun dasar pijakannya ternyata tetap sama, prioritas akan kepedulian moral bangsa nampaknya memang sudah semestinya diselamatkan dan harus segera diambil tindakan konkrit, bukan cuma kajian atau pun wacana. Akan tetapi pertanyaannya.. apakah usaha penyelamatan moral bangsa ini harus segera dilaksanakan dengan memprioritaskan pornografi sebagai biang atau akar kebobrokan moral bangsa ini? Saya rasa koq bukan ya?

1. Antara Etika, Moral, dan Ahlak

Karena seringnya kita mendengar ketiga kata tersebut, etika, moral, dan ahlak, sampai-sampai banyak diantara kita yang ternyata samar dalam memahami perbedaannya. Saya tidak akan membahas ketiga bahasa tersebut dalam kajian bahasa. Secara umum, etika adalah norma-norma masyarakat yang berkaitan dengan latar belakang budaya, sementara moral adalah norma-norma masyarakat pada umumnya (tidak melihat dari budaya), sementara ahlak adalah norma-norma masyarakat yang berlandaskan ajaran dan aturan agama. Ketiganya berfungsi sama yaitu mengatur norma-norma masyarakat. Mari kita ambil contoh yang sedang kita bahas saat ini, yaitu : ketelanjangan. Jika kita melihat ketelanjangan itu secara etika, ini jelas akan jadi bias saat kita menempatkan telanjang ini, di kamar mandi? anak sunat? ibu menyusui? pameran seni? fotografi? dan lain sebagainya. Etika telanjang itu harus melihat kultur budayanya. Bagi suku asmat mereka etis melakukan ketelanjangannya. Justru dengan memaksakan mereka menutupi ketelanjangannya itu sama saja dengan menindas etika budaya mereka.

Tapi, jika kita melihat ketelanjangan Suku Asmat dari sisi moral, bisa jadi mereka dianggap tidak sopan. Tapi apa berarti tidak bermoral? Jelas tidak. Mengapa? karena telanjang itu bukan masalah moral tapi masalah etika. Tapi sejak telanjang itu mulai diperjualbelikan (komoditi dagangan) sejak itu lah telanjang dianggap tidak bermoral, atau merusak moral. Saya rasa poin inilah yang ingin dicapai lewat RUU-Pornografi. Jika saja perumus RUU mampu dan bisa membedakan antara telanjang/semi telajang sebagai perilaku dan sebagai komoditi jualan, saya rasa masalahnya tidak akan serumit ini. Suku Asmat itu telanjang tapi sebagai perilaku budaya, ibu menyusui itu perilaku, hubungan sex itu perilaku, berbikini di pantai itu perilaku, topless orang asing di Bali, itupun perilaku, karena dari kesemuanya itu dilakukan bukan untuk "dagangan". Tapi ketika semua itu dilakukan untuk konteks entertainment dan jualan, maka sudah jelas ini melanggar etika pun moral.

Lalu, bagaimana dengan ahlak? Ini sudah tidak perlu dibahas dan diperdebatkan, aturan ahlak itu jelas. Selama manusia / individu tersebut menjalankan ajaran agamanya, maka dia sudah akan bisa membedakan mana telanjang yang boleh dan yang tidak. Untuk masalah ahlak ini saya rasa sudah bukan kapasitas DPR untuk mencampurinya, boleh sebagai pijakan akan tetapi musti tetap hati-hati karena ini berkaitan dengan keyakinan setiap manusia Indonesia dan itu sudah wilayah individu itu sendiri dengan khalik-nya.

2. Menyelamatkan Moral Bangsa

Misi tersebut merupakan tujuan dari RUU Pornografi ini. Diberbagai unjuk rasa yang saya lihat di TV, atau pun perdebatan dan diskusi-diskusi, mereka menyebutkan moral bangsa sebagai yang musti diselamatkan lewat RUU ini. Saya setuju, jika anggapan pornografi ini sebagai perusak bangsa.. setuju sekali, akan tetapi saya akan lebih setuju jika yang musti diselamatkan itu moral secara keseluruhan, bukan cuma kepornoan.

Jika memang kita setuju ingin menyelamatkan moral bangsa, apa iya pornografi merupakan ranking teratas dalam kebobrokan moral bangsa ini? Saya koq gak yakin ya? Kebobrokan moral bangsa ini sudah bisa kita lihat di depan mata kita, kita ambil contoh :

- Korupsi / mencuri uang negara dan rakyat (pajak)
- Kolusi
- Membohongi dan menipu masyarakat
- Pembodohan masyarakat
- Pejabat dan calon pejabat yang umbar dan ingkar janji
- Menjual belikan agama sebagai alat politik
- Pejabat, aparat, guru, ulama yang munafik
- Menelantarkan anak
- Mempekerjakan anak
- Narkoba
- Minuman keras (memabukan)
- dlsb (terlalu banyak)

Dari sekian banyak itu, kesemuanya adalah bibit dari degradasi moral bangsa Indonesia ini, termasuk pornografi dan pornoaksi tentunya. Lalu pertanyaannya.. apakah lantas cuma pornografi yang musti dibenahi berkaitan dengan moral bangsa? Apa iya jika UU Pornografi ini disahkan lantas bisa menurunkan level kebobrokan moral bangsa? Saya bisa jawab sekarang : TIDAK AKAN!

Ada anggapan bahwa semua masalah diatas itu sudah ada UU-nya dan hanya tinggal pornografi yang belum ada UU-nya. Saya sepakat akan hal itu, tapi saya pun sering dengar juga bahwa UU yang mengatur porno itu sudah ada, baik di UU penerbitan, UU penyiaran, UU Kekerasan anak dan wanita dll. Jikalau DPR menganggap kesemuanya tadi itu tidak berjalan, ya jelas aparatnya (sebagai penegak UU) yang musti lebih digiatkan bukan dengan jalan membuat UU baru. Jangan-jangan ketika UU pornografi ini masih tidak jalan karena aparatnya tetap mandul, lantas DPR membuat UU Pengawasan Jalannya UU Pornografi.

3. Mari Selamatkan Bangsa (bukan cuma moralnya)

Sedih rasanya melihat bangsa ini terus dan terus bertikai. Jika kita mau mensyukuri proses penyembuhan bangsa ini dari keterpurukan ekonomi 1998, maka kita sedang dalam tahap yang sedikit lagi akan sembuh. Namun nampaknya tahap atau fase ini disikapi dengan sinis oleh beberapa pihak. Perseteruan dan beda pendapat dijadikan mortir, masyarakat sengaja dibuat berseteru. Ini sangat melelahkan dan sangat menguras energi.

Bangsa ini makin terlihat bobrok moralnya saat berbicara moral. Ingin menegakkan moral tapi dengan cara-cara yang tak bermoral. Kata dan makna moral cuma dijadikan jargon saja. Sementara itu pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) cuma dijadikan cemooh dan di cap sebagai materi cuci otak Orde Baru. Sementara itu juga, pembangunan dan peningkatan pendidikan masih merayap menuju perbaikan. Bukan kah lebih baik jika DPR memperjuangkan sektor pendidikan? Baik itu pendidikan formal dan pendidikan agama? Bukan kah akan lebih baik jika pemerintah membuat Komisi Pengawas Moral Pejabat / Aparat? Tahun depan kita akan pemilu, tak lama lagi bangsa ini akan terpana lagi menyaksikan tontonan janji-janji capres dan caleg. Janji-janji indah dan menawan.. manis dan romantis.. Seakan-akan di nina-bobo-kan untuk tetap tidur saja. Bukankah moral-moral busuk ini yang mustinya diberantas demi menyelamatkan moral bangsa? Atau semua moral-moral busuk tadi berawal dari pornografi? Makanya UU Pornografi-lah yang musti lekas disahkan?

Mari kita selamatkan moral bangsa dari cara-cara tidak bermoral..

(Gambar : dari postingan gw yang dulu..)

43 comments:

  1. Couldn't agree more..
    Tulisan lu ini bener2 nyari, nyomot, ngebersihin, dan memampangkan biji permasalahan yang sebenarnya dengan menyampaikan persepsi yg out of the box, melihat dari luar secara menyeluruh.. persepsi yg selama ini sulit sekali ditemukan karena selalu terjebak dengan kasus per kasus di lapangan.

    Permasalahan moral terbesar bangsa bukan di pornografi doang, tetapi jauh lebih besar dan njlimet..! Hampir aja kita semua dibutakan oleh agenda2 wakil rakyat yang super pamrih dan tendensius itu. Mereka memang jago mengalihkan perhatian!

    Thanks for reminding, Tul!

    ReplyDelete
  2. kita sengaja dibikin sibuk mikirin ini sama pemerintah...
    biar perhatian kita teralih, dan nggak minta harga bbm turun



    anyway, tfs... tulisan elu bagus, seperti biasanya

    ReplyDelete
  3. taktik pengalih perhatian ...
    as old as time...always works

    ReplyDelete
  4. kapan sih ketok palunya tul?
    bali apa jadinya kalo gitu ya?

    huks...

    ReplyDelete
  5. kalo istilah ilmu komunikasinya = agenda setting

    salah satu teori kuno propaganda zaman perang dunia yang masih manjur dipake
    terutama untuk negara dengan tingkat pendidikan relatif rendah
    yang terus menerus dibodohi secara struktural via sinetron2 (dan sekarang film2 bioskop) noraknya clan punjaabi

    ReplyDelete
  6. kalo jadi, UU ini bukannya jadi solusi apa2, tapi malah nambahin masalah bangsa ini. semoga gak jadi disahkan. amin.

    ReplyDelete
  7. Moral bersifat relatif. Mungkin ada baiknya diberi patokan yang jelas, supaya masyarakat ngak bingung.

    Akar permasalahan kita adalah pendidikan. Dari dulu sampai sakarang Indonesia adalah korban dari ketidak konsistenan pendidikan. Padahal dari dulu semua orang juga tahu bahwa pendidikan itu penting untuk menjamin kelangsungan bangsa yang beradab dan berbudaya. Tapi...... dimana letak pendidikan kita saat ini?

    Cakwe deeeeeh..........

    ReplyDelete
  8. Yang paling duluan kena UU ini adalah UU-nya sendiri karena banyak berisi kata2 dan istilah2 'porno' seperti .... ah... banyak deh... baca aja sendiri.. ...pokoknya ga pantes dibaca oleh umum apalagi sama anak2.
    The whole idea is soooo lame, guys. Really! Kalo mau buat UU yang jelas2 aja seperti UU anti kekerasan terhadap wanita dan anak2, Cyber Law, Privacy Law, dsb.


    Peace :-)

    ReplyDelete
  9. selama ini debat-debat yg ada suasana emosionalnya tinggi...
    jadi emang ga akan pernah ketemu

    sebagai pembanding aja, u lihat 'both side of story'
    kebetulan lingkungan yg paling dekat denganku
    sendiri beririsan

    http://ekkyij.multiply.com/journal/item/105/Pasal_Mana_yang_Anda_Tolak_dari_RUU_Pornografi?replies_read=7

    ReplyDelete
  10. DPR itu cerminan rakyat, tul. Dewan yang terhormat ini sudah cacat moral abis-abisan. Terima duit haram bareng-bareng. Minta naik gaji semena-mena. Absen melulu. Malah sempat bikin mini video bokep segala...

    Mari selamatkan kewarasan bangsa ini.

    ReplyDelete
  11. saya pernah punya teman yang duduk di bangku belakang saya waktu sma,
    sejak sma hingga skrg saya terkesan dgnnya dan terus ikuti kiprahnya.
    Kebetulan sekarang di dpr dan saya tahu dia ga seperti anggota dpr yg disebutkan di atas. Dia sadar resiko jalan yg diambil sementara orang2 spt saya lebih cari aman dengan menonton dari kejauhan

    ...namanya rama pratama

    ReplyDelete
  12. Justru yang gue tulis disini adalah bukan masalah PRO dan KONTRA-nya.. tapi mencoba mempertanyakan konsep "menyelamatkan moral bangsa" dengan memilih memberantas pornografi sebagai target utama.. padahal ada banyak target yang musti lekas diselamatkan..

    Gue sih setuju koq.. pornografi itu diatur..dan setahu gw itu udah ada koq aturan-aturanya

    Ttg tulisan 10 poin Ade Armando.. gw masih gak setuju, karena dia HANYA membahas porno sebagai sisi ketelanjangan yang dijadikan produk jualan (komoditi). Sementara di masyarakat.. ketelanjangan itu gak SELALU sebagai produk jualan tapi juga perilaku. Ini yang akan selalu sulit dipilah2 apalagi mengingat bangsa kita minim pendidikannya.. gitu aja sih

    ReplyDelete
  13. setidaknya ada 3 golongan bagi orang2 yang katanya mau menyelamatkan moral bangsa ini:

    - mereka yang menjadikan moral sebagai komoditi di pasar uang parlemen
    - mereka yang tulus tapi suka menyederhanakan masalah, lalu menganggap moral bisa dilibas habis dengan pil ajaib bernama RUU Pornografi
    - mereka yang tulus tapi berusaha mencari konteks lebih luasnya dengan akal sehat dan hati.

    dan dua yang pertamalah yang punya kuasa dalam bargaining ini. Sedih.

    ReplyDelete
  14. wow..very enlightening indeed, oyasu :)...so, jadi apa siy sebenernya masalahnya ? ego-kah ? gengsi-kah ?...God Knows-lah...Wallahu'alam...;)

    ReplyDelete
  15. nah, itu kayanya masalahnya sekarang, yas, semua orang lebih senang 'cari aman dengan menonton dari kejauhan'....yah, budaya 'penonton' dan 'komentator'...

    ReplyDelete
  16. komentar yang sombong. apakah partisipasi politik melulu harus turun ke jalan? mengurus partai? atau cukup ikutan pemilu?

    coba jelaskan apa maksudnya "budaya penonton" - jangan ikutan "budaya asal cuap" ah.

    ReplyDelete
  17. hihihi... siap2 jadi thread panjang lagi nih, udah ada yang colongan kampanye segala :D

    ReplyDelete
  18. Kemiskinan
    gara-gara IMF, World Bank cs. Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank juga bilang gitu. Udah berbuat apa mereka bagi orang miskin, selain suruh demo dan ngasih nasi bungkus, udah diberdayakan belum

    Pendidikan:
    Gimana mau belajar kalau otaknya ngeres mikirin yang porno2

    Korupsi:
    salah satu penyebab korupsi juga kan karena pejabatnya kecanduan pornografi dan pornoaksi, baik yang dilakukan sendiri atau oleh orang lain

    TFS ya :)

    ReplyDelete
  19. emang apes sih, Indonesia dulu dijajah lama bgt sama bangsa paling gak bermoral di Eropa... :D

    di Belanda, pelacuran, pornografi, sampe narkoba juga dilegalisasi...

    ReplyDelete
  20. Ha? Jadi Bali itu identik dengan tempat mesum? Kita ini negara merdeka bukan sih? Koq bikin peraturan berdasarkan kemauan tuan londo? Gak heran kita diinjek-injek terus sama negara luar. Buktinya tunduk sama dolar. Tambahan berita dari Bali, katanya Bali akan menggelar tari telanjang kalau UU Pornografi jadi disahkan. Tindakan macam ini justru menunjukkan bahwa UU ini patut segera disahkan.

    ReplyDelete
  21. udah baca RUU nya mbak dewi..? sekarang malah sudah di Revisi lho... permintaan 2 partai yg salah satunya punya kader mesum....

    ReplyDelete
  22. Hahaha... see? Sadar gak sih.. kalau semua ini emang dirancang supaya berseteru...berdebat.. saling tuding.. saling benci...saling pesimis.. saling merasa lebih peduli moral bangsa (bagi yang pro) dan menuduh sebagai pihak ber-otak porno bagi yang kontra :D.. hehehe.. puas kan?

    Think again... kita ini lagi dikipas-in.. supaya tetap berseteru.. supaya tetap konflik..

    Indonesia ini kan titik rapuhnya (secara kesatuan bangsa) cuma ada 2 : titik budaya, dan titik agama. Dari sejak jaman Belanda pun sudah disadari, makanya Belanda pake konsep devide et impera... pecah belah! Nah skrg yang memecah belah ya kita sendiri.. :D

    Ayo silakan saling bantai! :D saling benci! dan saling hujat...sampai orgasme!! :D

    ReplyDelete
  23. alhamdulillah... kak motulz mencapai pencerahan dan membagikannya
    emang udah cukup lama banget kita ditipu2 sama pemerintah, tul ^_^

    ReplyDelete
  24. wah, baru dateng lagi ternyata udah panjang...

    suer...dari awal niat gw bukan u bikin panas suasana
    jujur. gw ga pernah setuju klo ada yg berat sebelah aja
    yaitu klo ada apa atau siapapun yg terlalu dipojokin jd tertuduh atas segala hal
    spt 'parlemen', 'aparat', 'pemerintah', sampai 'setan' sekalipun.

    sbb gw jg ga bisa jamin diri gw sndiri klo trnyata lahir di sisi sebrang sana
    apakah masih berpikir sama?

    kbtulan gw suka alan moore, why?
    krn dia selalu menyelami alam pikir both side

    ReplyDelete
  25. picunya, waktu jaman kuliah dan masa2 reformasi dulu
    yang jadi pasukan anti huru-haranya adalah saudara & tetangga gw sendiri
    berdiri berseberangan padahal biasanya bersebelahan. that's really hurts.

    ReplyDelete
  26. Wah setuju sekali Yas...suwer juga! Sangatlah perlu buat melihat sesuatu itu sebisanya dari dua sisi... setuju sekali.

    Harapan gw.. semoga kedua belah pihak yang sedang berseteru (PRO dan KONTRA RUU ini) bisa dan mau melihat dari dua sisi juga (plus satu sisi lain dari sisi yang gw tulis di atas)

    ReplyDelete
  27. ya, dari awal yg gw tekenin
    'debat yg ada suasana emosionalnya sgt tinggi',

    so gw hubungkan dg tulisan di link yg gw pikir udah jauh sgt adem,
    cukup lengkap dibanding kebanyakan tulisan lain yg hot n parsial.
    jadi sudut pandangnya bisa makin lengkap dan makin ketemu
    ga cuma both side, atawa biner, tp bisa lebih wholeside

    kebetulan ada bbrp poin yg bersinggungan dg bahasan loe
    spt poin pendidikan yg sifatnya lbh ke solusi jk panjang,
    tp blum ada solusi jk pendek spt sosialisasi
    'kesehatan reproduksi dini pada anak'
    (dulu disebut pendidikan seks) yg lebih praktis & fokus
    dlm menyikapi kasus ini

    klo ditanya siapa yg mustinya inisiatif bikin?
    mustinya kan dari kita di lingkungan 'kreatif'

    kali aja nanti ada JALAN SESAMA edisi khusus ttg itu?

    ReplyDelete
  28. Wah ide bagus... coba nanti gw propose.. ttg anak-anak Asmat kali ya..yaitu "Mari Membuat dan Memasang Koteka Sendiri" :D

    khihkhihkhiii...

    ReplyDelete
  29. gue lebih tertarik ngajarin cara masang kondom utk anak SMP.. secara anak SMP sekarang geto loooohhhh.. bahkan ada yg sampe kawin sama babeh2.. sah2 aja secara agama katanya..

    ReplyDelete
  30. Betul Tulz.... mangkanya justru disinilah Kapten Bandung di perlukan... Apa yang baik pertahankan (walaupun itu baru) dan apa yg jelek buang (Walaupun itu warisan nenek moyang kita sendiri).... terimakasih sudah mencerahkan saya..... Walaupun tetep saya berpegang bahwa urusan mengingatkan orang lain kpd kebaikan itu urusan kita, bukan urusan masing2..... nah seneng kan kalo kita saling mengingatkan ke arah kebaikan?
    seperti disini..... :)

    ReplyDelete
  31. wah makasih-makasih... setuju banget koq untuk saling mengingatkan atas kebaikan.. SEBAGAI MUSLIM memang itu bagian dari ibadah :) Gua pun juga mengingatkan hal baik koq ke teman2 gua yang NON MUSLIM.. tapi gw gak mau mencampurkan hal-hal dalam konteks agama..

    Kalo gw diingatkan buat gak minum2.. gw makasih.. tapi gw gak mungkin kan mengingatkan org yg gak dilarang agamanya utk minum2? :)

    ReplyDelete
  32. yah...dibilang sombong ;D...."budaya penonton" ? pernah liat orang nonton bola dengan berbagai komentar 'expert'-nya ? yah kira-kira kaya' begitu deh....'partisipasi' politik tu banyak bozz bentuknya, pi terkadang koar-koar di luar gedung tu dah gak terlalu ngefek lagi....jadi tetep harus ada agen yg mau nyemplung ke dalem....

    ReplyDelete
  33. sampun akeh sing njeblosh nang kono! ora ono sing tahan!

    ReplyDelete
  34. hmmm...masih kurang banyak deh bozz, abis yg suaranya gede masiy yg kuning tuh....hehehehehe.....

    ReplyDelete
  35. ora ono sing tahan.. ora ono sing tahan.. ora ono sing tahan.. ora ono sing tahan.. ora ono sing tahan.. ora ono sing tahan.. ora ono sing tahan..

    ReplyDelete
  36. kamu masih polos sekali, nak...
    (it's a good quality actually).

    ReplyDelete
  37. Ya kita akan mengingatkan dgn alasan ilmiah dong.... udah ada kan...? :)
    jadi dakwah... alias mengajak orang kpd kebaikkan itu fleksibel sekali, ada orang yg anti pake dogma, ya pake yg ilmiah, zaman sekarang hampir semua (dogma) yg ada di agama (baca Islam) udah make sense kok, dibanding orang2 jaman dulu yg harus percaya ada orang bolak balik beberapa ratus kilometer dalam satu malam, nah kalo sekarang....? kalo gak percaya kan keterlaluan....
    jadi kenapa agama (baca Islam) selalu digembar gemborkan sbg ajaran universal, ya itu tadi dan..... ah pasti kak Motul lebih tau lah..... he he
    Wassalam....

    ReplyDelete
  38. Alasan ilmiah betul koq... Tapi bagi gw konteksnya justru beda, jangan kita itu IMAN karena LOGIS, karena ajaran agama itu bukan butuh itu tapi butuh keyakinan (kalau memang konteksnya kepercayaan ya)

    Contoh lain : Dalam Islam itu dilarang minum2an yang memabukkan termasuk alkohol, sementara di Katolik pembaptisan justru dikasih wine. Sementara keduanya secara ilmiah ya baik2 saja.. selama tidak memabukkan. Nyatanya ini kan kembali ke masalah keyakinan.. gak berhak kita melarang keyakinan orang lain. Kalau sesama muslim.. itu wajib dan bagian dari dakwah. Tapi, kalau utk konteks dakwah sesama muslim, gak usah jauh2 koq.. kita tunjukkan sesama muslim itu AKUR dan BERSAUDARA dulu aja. Sepele.. tapi kenyataannya umat muslim di Indonesia gak bisa melakukannya

    ReplyDelete