Thursday, March 13, 2008

Ayat-Ayat Cinta

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Sudah terlalu banyak yang membahas film ini. Penuh dengan pro-kontra yang kemudian membuat film ini menjadi makin hangat di awal tahun ini. Saluut!!

Waktu nonton film ini gua berusaha pasang mood "serius", karena gua berfikir film ini akan penuh dengan "wejangan" dan pesan-pesan agamis. Gua gak berani bilang film ini adalah film dakwah. Untuk yang satu ini gua rasa cuma Hanung yang bisa jawab.

Tentang Film

"Ayat-Ayat Cinta" (AAC) adalah film saduran dari novel terkenal. Tentu ini merupakan PR besar buat siapa pun sutradara yang akan mem-film-kan. Tak lepas pula buat Hanung. Kita tahu Hanung punya pengalaman banyak buat film yang diadaptasi dari novel. Kebetulan saja, saya belum baca novel heboh ini. Banyak yang bilang ke gua kalo novel ini dahsyat sekali, sayang gua bukan pembaca novel sejati hehehe...

Gua gak akan meresume cerita AAC, pasti kalian bosen bacanya karena hampir di semua milis dan blog sudah diuraikan secara detil. Begitu pun goofs yang dibahas, selalu sama mengkritik bagaimana boom microphone bisa bocor, set yang tidak Cairo, Mesir nampak terlalu kumuh dll dll. Sudahlah.. itu kalian sudah tahu semua.

Bagi gua, ketika gua selesai menonton film AAC. Satu hal yang langsung membuat kepala gua bergeleng dan berdecak kagum adalah : novel ini kayaknya benar-benar dahsyat dan hebat. Film yang dibuat Hanung sangat tertolong dari kekuatan ceritanya. Kekuatan karakter dan personifikasi yang kental dan detil. Gua gak mau terjebak dengan casting orang Indonesia yang "di-mesir-kan". Gua berusaha melihat Surya Saputra itu sebagai sosok orang Turky yang kaya, begitu pun casting lainnya. Sebelum gua masuk bioskop, gua pikir film ini akan banyak menampilkan orang-orang Mesir asli, ternyata saya salah.. tapi gak pa pa.

Seperti yang gua tulis barusan, film ini sangat-sangat tertolong oleh cerita yang mutakhir. Secara film buat gua biasa aja. Ada shot suasana padang pasir dan piramid bagus sekali, itu keren.. ya jelas aja keren.. karena lokasi dan suasananya pun sudah keren. Tidak musti Hanung pun akan tetap keren. Tapi gua justru salut dengan bagaimana cara Hanung mengemas film ini menjadi sebuah kesatuan yang sebetulnya banyak sekali keterbatasan. Ini nilai lebih buat film Indonesia yang setting ceritanya di luar negeri.

Tentang Cerita

Ada banyak komentar penonton yang benci ke film ini karena kisahnya seperti mendukung kampanye poligami. Gua rasa bagi yang punya pendapat seperti ini, mendingan nonton lagi dari awal deh. Yang makin gua kecewa, saat gua menonton diskusi Hanung dengan Eric Sasono (pengamat film) di SCTV, mereka pun nampak terjebak dalam pembahasan pro - kontra dengan poligami.

Bagi gua, cerita dari film AAC ini mempunyai bobot besar dan sangat beresiko. Karena basic dari cerita cinta film ini adalah "membenturkan" ajaran-ajaran dan cara pandang ISLAM dalam melihat : wanita, jodoh, cinta, perkawinan, dan poligami. Semua ini tidak bisa dipisah satu dan lainnya. Karena semua berkaitan dalam cerita si Fachri ini. Kalau dipisah-pisah jadinya ya persepsi yang salah itu. Seolah-olah si Fahri dan Aisyah mengajarkan penonton untuk "mari poligami". Ini gak bener.

AAC secara baik sekali membeberkan konsep perkawinan yang menjunjung asas : bebet, bibit, bobot. Ini sangat Indonesia sekali.. makanya pas banget.

1. Bebet diwakili oleh Maria
2. Bibit diwakili oleh anaknya guru-nya Fachri
3. Bobot diwakili oleh Aisyah

Dalam AAC ketiga konsep tadi diwakili oleh tiga karakter yang sama kuat. Saat Fachry harus terjebak dalam posisi demikian, apa yang musti dilakukan? Mengikuti syariah? Ya.. karena dia sarjana Al-Azhar yang taat dengan ajaran Islam. Bagaimana Maria yang dengan modal cinta yang tulus dan sudah saling mengenal jauh daripada kedua saingannya, harus BUNTU karena perbedaan agama.

Lalu bagaimana seorang anaknya ustadz (Melanie Putria, karakternya lupa namanya), yang merupakan karakter yang secara bibit dan soleha sudah tidak perlu diperdebatkan lagi.

Terakhir, bagaimana seorang Aisyah yang kaya raya, baik, tapi belum lihat wajahnya secara menyeluruh dan musti melakukan Ta'aruf. Gua suka bagian dimana Fachry masih harus diskusi apa itu Ta'aruf. Ini penting untuk menjelaskan ke penonton.

Dari sanalah cerita ini akan dibawa. Jodoh.. apa sih jodoh? Bagaimana cara fachry menjelaskan ke ibunya tentang jodoh, sangat sederhana dan pas. Lalu bagaimana Fachry menjelaskan jodoh ke Maria lewat analogi sungai Nil dan Mesir. Apa itu cinta? Maria bisa dengan mudah menggambarkan itu lewat dairy-nya. Bagaimana Melanie kagum dengan Fachry dst. Lantas bagaimana dengan perkawinan? Aisyah menggambarkan ini dengan baik pula. Bagaimana suami, bagaimana isteri, dan bagaimana sebuah pasangan menjalani sebuah syariah agama.

Kalaupun pada akhirnya kisah ini memasuki babak poligami. Babak ini merupakan "benturan" atau konflik yang sangat bagus. Pro-kontra penonton merupakan sebuah hal yang sudah bisa diprediksi. Alasan Aisyah mengijinkan Fachry poligami bukan tidak beralasan, tidak konyol, dan sesuai dengan syariah. Bagaimana Fachry menghadapi sebuah pilihan poligami pun sangat indah dijabarkannya. Bukan karena hasrat sex semata. Ini tidak mudah tapi juga tidak musti rumit.

Pada akhirnya pun Fachry tetap bingung dan mempertanyakan akan sulitnya berlaku adil dalam poligami. Adil seperti apa? itu pun tidak semudah yg kita bayangkan. Kalau penonton bisa lebih terbuka melihat konflik yang dibangun ini maka mereka akan sadar bahwa poligami merupakan sebuah pilihan yang semestinya tidak hadir di depan mereka secara tiba-tiba.

Tentang Konyol

Ya.. ini hal konyol yang jarang diangkat penonton. Sejujurnya sorry banget gua gak suka dengan karakter Dennis dalam AAC. Mengapa harus ada dia? Mengapa harus ada "joke" dengan tingkah yang mirip badut? Ada yang bisa bantu gua mendapatkan alasannya?

Tentang Penulis Novel

Sayang ya dari sekian banyak penonton yang membahas film ini, tapi sedikit sekali yang menjelaskan siapa penulis novel hebat ini. Apa dia orang Indonesia? atau orang Mesir? Latar belakang dia itu seperti apa? Apa ia kuliah di Al-Azhar?

Gue gak banyak novelnya sih, jadi pengetahuan gua akan cerita ini secara keseluruhan pun jadi sempit. Tapi entah kenapa gua yakin, yakin sekali kalau cerita asli novel ini sangatlah hebat. Salut buat novelnya juga!

Foto Habiburrahman El Shirazy dari Google

43 comments:

  1. maksudnya...
    siapa sih jodoh(nya Motul) ?

    udah baca review kapten bandung-nya si maria blom Tul?
    :D

    btw klo ga salah Kang Abik emang kuliah di mesir..
    di milis2 penulisan islam sih banyak dibahas...
    (tapi gw lupa detilnya.. hehehe.. maap...)

    ReplyDelete
  2. Filmnya bagus sekali. Saya senang nontonnya. Kekurangan sana sini mah biasa. Namanya juga perfilman baru bangkit lagi.

    Tapi, seperti kata teman saya, kebetulan dia Muslim, kalau ada film yang "sebaliknya" dimana ada karakter yang pindah agama dari Islam ke Kristen, mungkin Indonesia akan heboh.

    Tapi karena yang pindah dari Kristen Koptik ke Islam, ya, filmnya jadi 'bagus'.

    ReplyDelete
  3. gw baca ayat2 cinta sejak belum diedit..dapet dari teman yang deket ama abik/habiburrahman.. waktu itu gw langsung bilang.."laku nih novel".dan ternyata benar sodara2.hehehe..

    kmarin liat filmnya di youtube...jauhh banget dari novelnya..semua karakternya..dar si fahri yang jadi culun.. maria yang ga kliatan cerdas..dll..dll..

    ReplyDelete
  4. Ah iya... ini hal kecil tapi krusial.. Gue gak tahu kristen koptik. Gua hanya tahu kalau salib-nya terbalik. Ada yang bisa ceritain ttg ini? Gua rasa pertimbangan penulis menggunakan agama ini pun karena khawatir jadi konflik ya?

    ReplyDelete
  5. gue juga belum nontoooooonnn... :)))))))

    ReplyDelete
  6. hoho oom motul! gue baru dapet komplotan abeng di satu toko buku! :D

    mengenai kristen koptik, iya tuh, ada yg bisa jelasin itu?

    ReplyDelete
  7. kabarnya, ada temen seangkatannya abik yang sama-sama kuliah di kairo,lagi nyiapin novel ayat-ayat benci.. menyanggah semua yang ada di novel ayat2 cinta.
    gambaran mesir yang indah, bersih, damai...
    padahal kotor kotanya, kolot lagi..dan konon disana pelacuran gampang ditemui..gambaran fahri yang dengan mudah bisa kawin dengan orang katolik adalah hal yang mustahil..katanya sih..

    tunggu aja deh..moga2 cepet terbit..:P

    ReplyDelete
  8. thx for the info, mas seblat...
    aku sih tadi asal 'njeplak' aja ngomongin karyanya Salman Rushdi itu...
    'Ayat2 Cinta' aku blon baca (tapi pingin baca...)
    salam.

    ReplyDelete
  9. Iya, ada yang bilang seperti ini juga. Dan dia pernah ke Mesir satu kali. Ya saya senyum aja. Jadi pengen sekali lihat langsung, Mesir itu kayak apa.

    ReplyDelete
  10. Yakin yang lu liat bukan Appetite for Destruction-nya Guns'nRoses?

    ReplyDelete
  11. Barusan baca tentang Koptik karena dikasih tautnya sama Tita.

    Tapi problemnya membaca di Wikipedia, semuanya sambung menyambung & sulit dihentikan.

    ...

    Masalah salib terbalik gue gak nemuin. Mesti tanya sama Hanung tuh. Ditato salib pulaknya. Soal tato kalangan Kristen terjangkit dualisme, sebagian nganggap tato itu seni, sebagian bilang itu dosa. Saya pernah ke gereja, salah satu pendetaa mudanya berperawakan seperti Henry Rollins & tatonya banyak. Kotbahnya dicampur teater lewat gerak & tari. Beda dari biasanya. Gereja ini ada di Jakarta, berbahasa inggris & kebanyakan yang datang bule. Mungkin si pendeta bertato bisa cerita tentang tato di kalangan Kristen.

    Hehehe.

    ...

    Koptik pada film AAC sangat miskin info. Idealnya, perlu banyak yang diungkap karena Koptik sangat penting pada sejarah Mesir. Tapi, nanti gak jadi film pop lagi, jadinya film sejarah atau dokumenter.

    Hehehe.

    Mesir, sekitar abad 6 M, identik dengan Kristen Koptik. Dalam bahasa inggris disebut orang Copt. Copt berarti Mesir yang Kristen. Tapi karena Mesir berubah secara berangsur-ansur, sehingga, pada abad 12 M yang dominan di Mesir adalah Muslim.

    Banyak represi terjadi. Banyak orang Koptik yang pindah ke tempat lain. Di Australia mereka cukup banyak. Di Mesir orang Kristen Koptik juga banyak yang miskin. Masih banyak sekali yang menarik tentang Mesir karena banyak tradisi pernah hidup & punah disana. Tapi banyak juga yang hidup baik berdampingan dengan sodara-sodara yang Muslim.

    ...

    Film AAC film pop yang bagus - menurut gue - karena perfilman "baru bangun", jadi standarnya gak boleh tinggi2 amat. Topiknya sih biasa aja. Banyak novel (atau karya apapun) yang lebih seru dari situ. Gue senang dengan adegan-adegan yang dipertontonkan, misalnya: perkelahian di kereta, pengadilan, penjara & proses berpoligaminya Fahri & istri2nya.

    ...

    Sekarang jadi gak tahu mau ngomong apa lagi. Film yang menariklah pokoknya. Idealnya sih film ini gak usah dibawa ke Mesir, bikin aja film tentang Poligami yang Islami dengan set Indonesia.

    Kenapa ya dia mesti jauh2 ke Mesir?

    ReplyDelete
  12. motul lu gak mau Ta'aruf aja ? heheheh
    bener tul, film ini emang udah bagus dari script atau ceritanya sendiri, jadi ketolong banget kurang ana itunya..its ok, selama ceritanya bagus dan bisa di nikmati...:)
    mudah2an ada yg nekat mau bikin film "ayat-ayat setan", abis itu kaburrr dari sini hahahahhaha.....

    ReplyDelete
  13. Salib GN'R gak terbalik, hehehe. Cuma isinya tengkorak semua.

    :-)

    ReplyDelete
  14. tunggu juga ayat-ayat sompral-nya haji pidi baiq :p

    ReplyDelete
  15. 1. gw belum nonton. dan belum pengin.
    2. juga belum baca novelnya. yeah, sama, belum pengin juga.
    3. kian muak dengan over-rated pro kontranya di mna-mana.
    4. sial, gw terjebak buat baca review-nya motulz. review yang lain, nggak ada yang gw baca.
    5. kalo gitu, salut buat motulz, yang bisa nyihir gw buat baca review-nya.

    ReplyDelete
  16. Om baca novelnya aja deh, lebih kerasa. Secara literasi novel itu memang luarbiasa walau pribadi saya enggak setuju dengan beberapa hal (eniwey inikan personal banget).
    Apakah novel/film ini mengajarkan poligami? iya tapi dengan cara yang sangat baik. Sebagai perempuan yang ngga setuju poligami saya menjunjung tinggi ajaran islam yang memperbolehkannya. Apakah saya muslim yang jelek ? hanya Allah yang bisa menilainya.

    Eh gw belun nonton filmnya, tapi gini aja deh film ini bagus buat penonton dalam khasanah kontemporer. Dunia modern yang sekarang terbelenggu dengan materialism dan clash-culture yang membingungkan. Sebuah dialog islam yang lebih membumi saya kira.

    ReplyDelete
  17. Ah dodol maneh :P Kumaha yeuh.. MU bisa jomplang ama Portsmouth

    ReplyDelete
  18. Iya.. mbak Ambar, banyak yg bilang novelnya ini bagus banget.. cuma gw gak tahan euy baca novel :P

    Anyway.. gua seneng sama film ini..termasuk respon masyarakat, baik pro mau pun kontra.. At least bisa membuktikan kalo film HOROR gak sepenuhnya hebat dan ternyata film bermutu itu pasti dapat dukungan dari pemirsa

    ReplyDelete
  19. pmanurung.. thanks infonya :)

    Tita.. kayaknya iya deh.. Bedil Karo Mawar

    ReplyDelete
  20. Gue masih berpikir bahwa issue agama disini ternyata masih bisa dikomoditikan, bukan jual agama lho. Namun, target audience yang memiliki preference terhadap sesuatu (dalam hal ini agama), bisa dibidik dan ditembak dengan tepat via komunikasi yang dibangun bahkan sebelum film ini mulai diproduksi.

    Dan sekali lagi, "latah" untuk membidik celah target audience khusus (dan baru tersadari ini) biasanya akan terjadi di masa depan.

    Gue belum nonton filmnya, belum baca novelnya. Pengen nonton, pengen baca, karena sensasi yang terbangun. Oh komunikasi. Dahsyat nian.

    ReplyDelete
  21. Sebagai jendral bintang 4... seperti bintang2 di atas... (hayang we.. ngasupkeung bintang.. padahal mah blom nonton).. jadi worth it untuk ditonton?? bagus mana sama serial gossip girl?

    ReplyDelete
  22. sama nih pertanyaannya ma dinar.mngkn spy ga terlalu serius hanung pgn masukin penyegaran. tapi kok jadinya malah pengulangan film jomblo?pdhl ga usah dipaksain ada adegan lucu jg ga masalah. ga bikin film ini jd berat bgt ato gmn gitu.gmn tul? pgn jadi kaya fahri ga? huihiiihii

    ReplyDelete
  23. belum nonton..ga ada yg mau nemenin nton..huhuhu..
    tp kebanyakan yg mau nton ini ya cw2,
    trus temen2 cw gw udh pd nton semua..damn!..
    cowo2 suka sok2 antipati...entah kenapa?

    ReplyDelete
  24. ha ha ha....boleh juga tuh sim. bikin yuk. kudu konsultasi sama salam rushdi dulu

    ReplyDelete
  25. My thought exactly! Gue juga ga ngerti apa pentingnya dia dalam cerita ini (karena di novelnya ada? I don't know, belum baca). Kalau tidiadakan gue rasa malah lebih believable dan elegant.

    ReplyDelete
  26. yaa..lumayan menjadi penyegar di kejenuhan perfilman indonesia ni kayaknya. hehe..belum nonton juga si sebenernya, baru liat trailer filmnya dan klo liat dari sisi pengambilan gambarnya bagus. hohohoho. baru baca bukunya dan ga mau ngebandingin sebenernya, karena kata pak seno gumira juga bahasa film dan buku ga bisa dibandingin. hohohohoho (lagi)

    sempet dikasih tulisan ama temen ami, cerita Hanung dibalik cerita pembuatan film itu, perjuangannya gelo pisan untuk bikin film itu. keren ceritanya!!!
    jadi, yaa..patut diacungi jempol la filmnya dibalik segala kontroversi yang diomongin oleh penikmat dan kritikus.

    -yk-

    ReplyDelete
  27. MPnya Hanung
    Tapi bukan berarti jadi alesan juga kalo filmnya gak bagus ini itunya.. kalo bisa justru jadi kelebihan, bahwa filmnya ternyata bagus ini itunya..

    ReplyDelete
  28. Setuju, emang ga bisa dan ga perlu dibandingin tiap detailnya. Saya juga suka kecewa tuh sama orang yang bilang "benci gue, filmnya sama bukunya ga sama". Menurut gue sih asal pesannya sama dan filmnya ga merusak esensi buku tersebut, oke2 aja.

    Film kan durasinya terbatas. The Lords of the Ring aja yang segitu advance-nya kalau dibandingin sama buku ada beberapa detail yang kurang kok. Kalau buku jarang dibatasi halamannya (sama publisistnya mungkin sih, takut bukunya ga laku krn orang males baca) karena toh biaya nyetak buku 400 halaman sama 1000 halaman masih affordable lah... Sementara film kelebihan shooting sehari aja, perbedaan ongkosnya gila2an.

    Sekali lagi benar, effort untuk membuat film Ayat - Ayat Cinta ini (untuk standard perfilman lokal) patut dikagumi. Ga asal2an.

    ReplyDelete
  29. ga ngerti...
    maksudnya mau ngomong apa si?
    ini itu tu opoo oo?

    -yk-

    ReplyDelete
  30. bintang 5 buat gw, terlepas dari kekurangan disana sini, tetep, buat gw, hanung juaranya (bahasanya bini gw, hehehe..) apalagi pas tau perjuangan hanung utk ngejadiin film ini... tunggu extended version nya! hanung bkalan suting lagi di mesir beneran (yg skrg ada itu di india) khusus utk extended version...

    ReplyDelete
  31. Gue udah baca novelnya tapi belum nonton filmnya. Gue ga gitu tertarik buat ntn filmya...soalnya buku biasanya lebih detail drpd film, dan kalo nonton...jadi kecewa.

    Bukunya sendiri memang sarat dengan ajaran agama dan penuturannya lumayan menarik Tetapi dari segi cerita menurut gue biasa aja. Tidak terlalu istimewa. Toh akhirnya hepi ending, Fachri dapet istri cantik, tajir, baik pula hihhi. Dan gue sempet terlintas : kalau pengarangnya pendeta, pasti Marianya hidup dan merit sama Fachri. :DDD Aisha-nya yang lewat hihihi.

    ReplyDelete
  32. Hahahahahaha... kalo aja yg nulisnya itu orang sinetron.. terakhirnya dua-dua nya mati trus ngegantung gitu... trus kameranya zoom in zoom out.. trus ekspresinya Fachry yg sok sok sedih kecut-kecut gitu.

    ReplyDelete
  33. gue tetep kasih 2 bintang ah tul, hehe. itu juga karena gambarnya bagus. kalo semua konfliknya diilangin inti masalahnya cuma aku pilih siapa ya di antara 4 gadis ini? punjabi banget kan? hehe

    ReplyDelete
  34. hahahahaha... ok ok :D trus kapan kongkow nya nih

    ReplyDelete
  35. dari tulisan hanung, jadi bisa keliatan dua kemungkinan:
    ooo.. pantes jelek ininya..
    atau
    waaah.. produksi begitu tapi hasilnya tetep keren ya..

    gitu..

    ReplyDelete
  36. supaya ada alesan untuk season 2.. jadi inget "Tersanjung".. bisa sampe 6 season!

    ReplyDelete
  37. gue nonton...
    sebelah gue nangis.. gue engga tuh..
    apa yg bikin sedih sih... ?? biasa aja bukan tuh film..??

    ReplyDelete